Pergeseran kebijakan ini, yang pertama kali dilaporkan oleh BBC, merupakan bagian dari upaya Sunak untuk menutup kesenjangan polling sebanyak dua digit melawan Partai Buruh yang oposisi dan untuk merespons kritik yang mengatakan bahwa ia terlalu pemalu dan kurang berpolitik sebagai pemimpin.
Namun, langkah ini mendapat tanggapan negatif dari para tokoh senior dalam Partai Konservatif sendiri. Mantan menteri kabinet, Alok Sharma, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri bisnis dan energi Inggris serta Presiden COP26, mengatakan langkah ini "tidak akan membantu secara ekonomi atau elektoral." Simon Clarke, mantan menteri kabinet lainnya, mengatakan pergeseran ini akan "menghancurkan" konsensus pro-iklim di Inggris.
Penundaan larangan penjualan mobil baru berbahan bakar bensin dan diesel juga akan menjadi pukulan bagi produsen mobil yang berinvestasi memproduksi kendaraan listrik di Inggris.
Baru minggu lalu, BMW AG mengumumkan rencana untuk menginvestasikan 600 juta poundsterling (Rp11,4 triliun) ke pabriknya di Oxford untuk memproduksi mobil listrik Mini.
Ed Miliband, sekretaris energi Partai Buruh, menggambarkan rencana baru Sunak sebagai "kelucuan total" dan menyebut perdana menteri Inggris tersebut sebagai "gugup, kacau, dan tidak kompeten."
Sunak mengatakan bahwa ia akan memberikan lebih banyak detail tentang rencananya dalam pidato pada akhir pekan ini.
(bbn)