Luhut kemudian menyinggung perlunya para pemangku kepentingan hulu migas ikut berkontribusi dalam target iklim. Oleh karena itu Indonesia saat ini Indonesia sudah membentuk hub untuk carbon capture and manufacture (CCM) yakni untuk penangkapan dan penyimpanan karbon. Hal ini diharapkan akan memberi efek bisnis yang baik bagi Indonesia dari sisi pembangunan berkelanjutan mengurangi emisi karbon.
"Kita membantuk Indonesia pusat CCM hub dan juga melibatkan sektor swasta mendorong agenda ini. Saya perlu upstream hulu terlibat dan memberikan kontribusi atas target iklim kita," kata Luhut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam kesempatan itu mengatakan, minyak dan gas tetap menjadi komoditas strategis di tengah-tengah agenda transisi energi. Oleh karena itu kerangka fiskal juga harus diarahkan untuk memperkuat industi hulu minyak dan gas. Sebenarnya kata dia meskipun pada masa pandemi, terdapat peningkatan investasi hulu migas yakni pada 2021 senilai US$10,9 miliar kemudian pada 2022 US$12,1 miliar lalu pada 2023 diharapkan lebih tinggi dari angka tersebut.
Namun Sri Mulyani menjelaskan bahwa industri hulu migas masih dihadapkan pada masalah penurunan tren lifting dan hal ini berdampak pada pendapatan pajak dan non pajak.
"Saya dengar dari Kepala SKK Migas dalam pertemuan ini akan ditandatangani semoga bukan hanya di atas kertas semata investasi di atas US$5 miliar, semoga ini akan direalisasikan. Sebagaimana disampaikan Menko Maritim, pemerintah akan berupaya meningkatkan kinerja dan juga lingkungan dari investasi di sektor industri hulu minyak dan gas bukan hanya untuk pemulihan ekonomi tapi menciptakan ketahanan energi," kata Sri.
(ezr)
