Perusahaan yang menjual olahan kayu dan timber yakni Integra Indocabinet (WOOD) dan SLJ Global dahulu bernama Sumalindo Lestari juga mulai masuk ke dalam perdagangan karbon. WOOD memiliki hak pengusahaan hutan (HPH) konsesi sejumlah 163.425 hektar (ha) dan SULI dengan jumlah 624.725 ha.
Hal yang menarik dari SULI yaitu per akhir Juli 2023 terjadi peralihan Crossing nominee. Pengendali SULI yang baru adalah Natureverse Inc, sebuah perusahaan yang beralamatkan di Singapura, bergerak di sektor climate solution dengan mengembangkan proyek solusi berbasis alam yang menghasilkan pengurangan emisi terverifikasi berkualitas tinggi bagi perusahaan dan individu.
Ada juga emiten jasa TIC yakni PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU) memiliki keunikan yang bergerak di sektor bidang verifikasi Gas Rumah Kaca (GRK). Verifikasi atau validasi GRK adalah kegiatan untuk melihat kesesuaian upaya yang telah dilakukan terhadap pengurangan dan penurunan emisi dari kegiatan yang dilakukan. Verifikasi GRK dilakukan untuk memverifikasi upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi dan menurunkan emisi yang dilepaskan ke udara apakah telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Adapun perusahaan lain yang bisa terkena dampak implementasi bursa karbon yakni PT United Tractors (UNTR) yang merupakan anak usaha Astra Internasional terkait dengan alat berat, batu bara, dan emas.
Hal yang menarik dari UNTR melalui anak usahanya Energia Prima Nusantara terus melakukan investasi ke perusahaan-perusahaan energi terbarukan. Agustus kemarin, UNTR membeli saham salah satu anak usaha pemain panas bumi di Indonesia yaitu Supreme Energy Sriwijaya (SES), anak usaha Supreme Energy. SES adalah pengelola Rantau Dedap Geothermal.
PT Indika Energy Tbk (INDY) pasca mendivestasi PTRO (Petrosea) yang merupakan kontraktor coal sekaligus MBSS yang merupakan angkutan coal ini terus meningkatkan dan mendiversifikasi pendapatan dari non coal business. Sebut saja motor listrik (ALVA), Solar panel (EMITS), Indika Nature (Biomass dan Agro-forestry).
PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA), perusahaan ini kedepannya memiliki bisnis yaitu PLT bertenaga sampah sekaligus mengelola pabrik biomassa.
Terakhir, ada PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Kedua emiten ini dikenal sebagai emiten yang bergerak di bidang oil and gas. Namun, Medco adalah kepemilikan di AMMN. Selain itu, untuk ke eksposur renewable energy, MEDC juga memiliki PLT Geothermal yaitu PLTP Sarulla (Konsorsium Medco, Itochu Corp, Kyushu Electric Power, INPEX & Ormat Technologies) dan akan mengembangkan PLTS- Solar Panel melalui konsorsium Medco Panel Solar.
(mfd/dhf)