Uni Eropa harus menggantikan sekitar 600.000 barel per hari impor diesel, maka dari itu Rusia harus menemukan pembeli baru untuk pasokan tersebut, menyimpan bahan bakar di kapal, dan/atau mengurangi produksi di kilang perminyakan pengolahannya.
Pengiriman ke negara-negara Uni Eropa dari Amerika Serikat (AS) dan India sudah meningkat karena mereka memproduksi lebih banyak dari yang mereka konsumsi, sehingga mereka dapat mengekspor kelebihan jumlah tersebut. China juga diharapkan akan mengirim lebih banyak ke pasar-pasar di sekitarnya, secara tidak langsung akan mendorong pemasok lain menuju Eropa.
"Aliran produk dari wilayah net-long akan meningkat saat embargo Uni Eropa pada produk Rusia mulai berlaku pada 5 Februari, yang kami lihat akan memperparah situasi bahan bakar diesel yang ketat," tutur analis Bernstein termasuk Oswald Clint menulis dalam catatan untuk klien.
Peran India dalam memasok ke negara-negara Eropa sangat penting karena telah menjadi salah satu pembeli terbesar minyak mentah Rusia yang didiskon sejak terjadinya aksi geopolitik negara tersebut. Peningkatan dalam jumlah besar dalam aliran bahan bakar diesel India akan hampir pasti memastikan bahwa minyak mentah Rusia dibeli dan diolah menjadi diesel di India sebelum dijual kembali ke Eropa.
Perdagangan seperti itu tidak akan melanggar aturan Uni Eropa, tetapi ini menunjukkan efisiensi yang tidak wajar dari pemberlakuan sanksi. Pada dasarnya, hidrokarbon akan dikirimkan ribuan mil lebih jauh dari biasanya, dan kembali lagi, serta akan terus berulang.
Ada juga potensi untuk praktik yang kurang jelas, seperti mendokumentasikan ulang muatan, atau mengirimkan bahan bakar ke pusat penyimpanan produk olahan di wilayah lain untuk dicampur dengan produk yang bukan dari Rusia.
Sejauh musim dingin ini, prediksi terburuk tentang kelangkaan minyak telah berhasil dihindari. Bahan bakar diesel yang beberapa bulan lalu adalah pusat kekuatan pasar minyak, nilainya telah melandai karena cuaca, dan masuknya ke Eropa.
Sementara Indonesia hingga saat ini jauh dari kata krisis bahan bakar, tercermin dari harga Pertamax yang berhasil mencatatkan penurunan menjadi Rp 12.800 per liter dari harga sebelumnya Rp 13.900 per liter. Penurunan ini diumumkan pada Selasa (3/1/2023) pukul 14.00 WIB dikarenakan adanya penyesuaian harga rata-rata publikasi minyak sekaligus tren harga minyak dunia.
Jika melihat negara asal impor minyak mentah dan hasil-hasilnya ke Indonesia termasuk bahan bakar, dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Amerika Serikat (AS). Mengindikasikan aman karena tidak terdapat ketergantungan kepada supply dari Rusia.
Harga minyak mentah dunia telah terjadi penurunan setelah sanksi terhadap Rusia tampaknya mengalihkan ekspor, bukan menguranginya.
Di antara pembeli baru, Moskow akan menjadi pedagang di Afrika, Amerika Latin dan mungkin Asia. Sementara itu Eropa kemungkinan akan beralih supply ke Timur Tengah, di mana kilang pengolahan minyak raksasa baru sedang meningkatkan tingkat operasinya.
Namun, konsultan Energy Aspects Ltd. menuturkan bahwa Rusia hanya akan dapat menemukan tempat untuk sekitar sepertiga dari nilai keseluruhan ekspor bahan bakar dieselnya dan yang lainnya harus ditutup.
"Embargo produk adalah hal yang rumit karena Rusia benar-benar kesulitan untuk menempatkan dieselnya di tempat lain selain Eropa," tutur Amrita Sen, analis utama konsultan tersebut di Forum Energi Global UAE yang diselenggarakan secara daring oleh Gulf Intelligence berbasis di Dubai.
Memperbaiki Masalah
Dalam konteks industri pengolahan Eropa yang tengah bersiap-siap untuk pekerjaan yang bersifat musiman yaitu pekerjaan pemeliharaan, dan juga menghadapi gangguan-gangguan lainnya. Ancaman serikat buruh di Perancis dapat menutup beberapa pembuat olahan bahan bakar negara tersebut sehari setelah sanksi terhadap Rusia mulai berlaku.
Dua kilang pabrik pengolahan minyak di timur Jerman, di mana yang sebelumnya dipasok minyak mentah dari Rusia melalui pipa, harus memproduksi lebih sedikit bahan bakar daripada biasanya karena aliran tersebut telah dihentikan.
Diam-diam di balik semua itu, ada sejumlah masalah logistik dan teknis yang dapat muncul kapan saja. Pasar untuk asuransi teruntuk kapal-kapal yang berlabuh di Rusia masih dalam krisis setelah beberapa reasuransi utama menarik dukungan mereka, sementara biaya kapal tanker minyak sudah meningkat.
Sementara ini, tidak ada tanda panik yang langsung terjadi dalam pasar. Pertanyaan kunci dalam beberapa minggu ke depan adalah apakah cukup banyak pekerjaan berat yang dapat dilakukan untuk mengubah aliran bahan bakar diesel dunia.
"Pasar akan selalu paham menyelesaikannya,"
Eugene Lindell, kepala produk olahan di konsultan FGE
"Hanya masalahnya seberapa banyak rasa sakit yang akan ditimbulkannya?" pungkasnya.
(fad/aji)