“Jadi baseload itu harus tetap ada. Kalau pakai panel surya itu hanya bisa siang hari, belum ada baterai yang bisa menyimpan [listrik tenaga surya dalam waktu panjang]. Nanti kalau ada teknologi itu, baru itu akan bisa,” tegas Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi.
Oleh karena itu, permintaan batu bara sepertinya masih akan tinggi. International Energy Agency (IEA) mencatat permintaan batu bara pada 2022 naik 3,3% menjadi 8,3 juta ton, yang merupakan rekor tertinggi.
“Permintaan batu bara pada 2022 mencatatkan rekor tertinggi, dan akan dekat dengan level tersebut pada 2023 karena tingginya permintaan di Asia untuk pembangkit listrik dan pemakaian industri,” sebut laporan IEA.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif (time frame) harian, batu bara masih bullish. Ditunjukkan dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 66,04.
RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Akan tetapi, risiko koreksi sepertinya cukup tinggi. Sebab, harga yang sudah naik tinggi tentu rawan mengalami koreksi teknikal.
Target koreksi terdekat ada di US$ 159,2/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5. Apabila tertembus, maka ada kemungkinan turun lagi menuju US$ 158,69/ton yang adalah MA-10.
Sementara target kenaikan paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 207,4/ton yang menjadi MA-200.
(aji)