“Tentu sangat menggembirakan tapi ini juga pressure buat kami di tahun 2023 karena transformasi yang kita dorong ini sudah mencapai 70-75%, artinya tinggal sisa 25%,” lanjutnya.
Dari 12 klaster BUMN, kata Erick Thohir, jasa keuangan memiliki kontribusi paling tinggi. Laba bersih PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai lebih dari Rp 50 triliun, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) lebih dari Rp 3 triliun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) lebih dari Rp 18 triliun. Lalu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) lebih dari Rp 44 triliun.
Dalam hal aset BUMN juga mengalami peningkatan. Tercatat naik dari Rp 8.978 triliun menjadi Rp 9.867 triliun. Sementara itu, ekuitas meningkat dari Rp 2.778 triliun menjadi Rp 3.150 triliun yang didorong oleh banyak aksi korporasi perusahaan sehingga memperkuat pemodalan.
Di sisi lain, rasio utang terhadap pemodalan menurun dari 36,2% menjadi 34,2%, dengan jumlah utang pendanaan sebesar Rp 1.640 triliun. “Memang pasti ada yang bilang kalau utangnya naik, tapi kalau kita lihat kan equity-nya juga naik. Ini persepsi yang kita perhatikan. Ada yang bilang bahwa BUMN banyak utang dan tidak dijaga dengan ekuitas yang baik, itu salah,” ujar Erick Thohir.
Lebih lanjut, total kontribusi BUMN terhadap negara meningkat dari periode 3 tahun sebelumnya. Selama periode 2017 sampai 2019, kontribusi BUMN sebesar Rp 1.130 triliun. Sementara, dari 2020 hingga 2022, kontribusinya mencapai Rp 1.198 triliun
“Kita juga harus terus berkontribusi pada negara. Kontribusi BUMN pada negara ada peningkatan dari 3 tahun sebelumnya, sebesar 68%,” kata Erick Thohir. Sebagai informasi, realisasi anggaran Kementerian BUMN tahun lalu sebesar 99,06% atau sebesar Rp 196,55 miliar dari total pagu Rp 198,43 miliar.
(tar/wep)