Bloomberg Technoz, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan Indonesia dapat mencegah 30.000 ton sampah/hari tidak masuk ke laut, guna memitigasi risiko kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim.
Menurut Luhut, saat ini pemerintah tengah mengebut pembangunan 52 tempat pengolahan sampah terpadu (TPST). Dengan demikian, dia berharap volume sampah Indonesia yang masuk ke laut dapat segera ditekan sebanyak 39%.
“Kita bikin 52 spot pengolahan sampah. Pada 2026—2027, kita bisa selesaikan [agar] 30.000 ton sampah yang tidak terurai tidak masuk ke laut,” ujarnya saat ditemui usai acara Marine Spatial Planning and Services Expo (MSPS) 2023, Selasa (19/9/2023).
Selain pengelolaan sampah, Luhut mengatakan upaya memitigasi dampak kenaikan permukaan air laut akibat krisis iklim adalah dengan menekan emisi karbon melalui optimasi instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
“Paling tidak di dalam negeri kita, bagaimana supaya kita tidak ikut menambah kekacauan [krisis iklim] ini. Kita punya [potensi sumber daya] energi baru terbarukan 400 GW. Kalau tambah solar panel [terapung] di danau, kita punya sampai 3.600 GW. Ini jadi kunci kita mengurangi [dampak krisis iklim],” sebutnya.
Tidak hanya itu, dia mengatakan pemerintah juga memacu investasi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS) di blok-blok migas. Terlebih, kapasitas penampungan karbon di Indonesia diklaim mencapai 400 gigaton.
Cara lainnya adalah dengan menambah lahan hutan bakau atau mangrove seluas 600.000 hektare (ha) untuk mencegah abrasi dan agar tujuan mencapai nol emisi karbon dapat direalisasikan sebelum 2060.
“Namun, kita tidak mau mengganggu pertumbuhan ekonomi. Emisi karbon kita baru 2,3 ton/kapita, masih di bawah baseline 4,5 ton/kapita. Ini harus kita selesaikan dahulu. Negara-negara maju itu sudah 15 ton/kapita emisinya. Jadi kita [sebenarnya] masih jauh dari baseline.”
Presiden Joko Widodo sebelumnya mengingatkan ihwal risiko kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim, yang turut berdampak kepada pulau-pulau kecil di dunia.
“Oleh sebab itu yang di pesisir saya ajak para nelayan, pegiat lingkungan untuk menanam mangrove lagi di pesisir kita,” ujarnya di festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, Energi Baru Terbarukan (LIKE) 2023 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Senin (18/9/2023).
(wdh)