Bloomberg Technoz, Jakarta - Sejumlah saham terkait energi baru terbarukan memang belum menjadi top gainers sepanjang perdagangan hari ini. Namun, saham-saham tersebut kompak diperdagangkan dengan nilai transaksi tertinggi.
Saham tersebut di antaranya adalah perusahaan PT Amman Internasional Tbk (AMMN) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang belum lama ini berkongsi dengan Anthoni Salim untuk mengekspor listrik ke Singapura. Ada juga saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT), yang keduanya bergerak di sektor panas bumi.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (19/9/2023), hingga pukul 9.50, saham AMMN naik 250 poin atau setara 4,85% ke Rp 5.400/saham. Nilai transaksinya mencapai Rp186,4 miliar usai sebanyak 35,4 juta saham diperdagangkan. Nilai transaksi ini menjadi yang tertinggi.
Nilai transaksi saham MEDC menempati urutan kedua terbesar setelah dipedagangkan senilai Rp147,1 miliar. Volume transaksi sebesar 88,7 juta saham. Harga saham MEDC naik 50 poin ke level Rp1.655/saham.
Saham PGEO turun 20 poin ke level Rp1.515/saham. Meski turun, volume transaksi tercatat sebesar Rp92,7 miliar, sehingga menempatkannya di urutan ke-5 nilai transaksi terbesar setelah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Saham BRPT mencatat nilai transaksi Rp57,4 miliar usai 63,5 juta saham diperdagangkan, sehingga menempatkannya di posisi ke-8 setelah sahan PT Merdeka Battery Minerals Tbk (MBMA). Nlilai transaksi MBCA sebesar Rp57.4 miliar.
Gerak saham itu terjadi di tengah sentimen pembentukan bursa karbon di Indonesia. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan bursa karbon di Indonesia akan diluncurkan perdana pada 26 September 2023. Ini akan jadi bursa karbon pertama di Indonesia, setelah OJK membuat aturannya beberapa waktu lalu.
“Rencananya peluncuran bursa karbon perdana perdagangan dilakukan 26 September ini jadi minggu depan,” kata Mahendra di Jambi, Senin (18/9/2023).
Dengan pembukaan bursa karbon, kata Mahendra, semua proses mulai dari hulu perlu dipersiapkan seperti penyiapan karbon hingga aspek administrasi seperti registrasi, verifikasi, hingga sertifikasinya.
"Pembuktian keabsahannya sampai ke perdagangannya itu sendiri dan bagaimana menjaga perdagangan itu bisa berhasil dengan baik," ujar Mahendra.
Mahendra menyebut hasilnya nanti bisa kembali di reinvestaskan sebagai upaya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan hidup kita. “Dan terutama dalam konteks pengurangan emisi karbon kita mulai secara resmi," tutur ke Mahendra.
(mfd/dhf)