Pada urutan kedua adalah KPP yang mengusung Anies dan Muhaimin. Koalisi ini menguasai 29% atau 167 dari 575 kursi di DPR. Kekuatan ini terdiri dari Partai Nasdem yang memiliki 59 kursi; PKB 58 kursi; dan PKS 50 kursi. Sedangkan partai non-DPR yang kerap mengusung Anies meski belum bergabung KPP atau Partai Ummat.
Sedangkan koalisi pengusung capres Ganjar Pranowo berada pada urutan terakhir karena hanya berisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang memiliki 128 kursi, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 19 kursi. Akan tetapi, koalisi dengan 25,5% suara parlemen ini juga didukung partai non-DPR seperti Partai Hanura dan Partai Perindo.
"Tapi, realitasnya, tidak semua pendukung partai politik itu pasti memilih capres yg diusulkan Parpol tersebut," kata Kacung kepada Bloomberg Technoz, Selasa (19/9/2023). "Pada akhirnya, capres yg menang adalah yg berhasil mendapatkan dukungan pemilih, bukan sekadar dukungan parpol."
Keputusan pemilih saat pemungutan suara capres-cawapres akan lebih pada sosok atau personal. Pemegang suara kurang memperhatikan sekadar latar belakang asal partai politik dari calon yang maju.
Hal ini juga yang kerap memunculkan fenomena sebuah partai besar gagal meraih kemenangan karena salah mengusung calon dalam pemilihan umum. "Jika tak menarik bagi pemilih, capres itu bisa berpotensi kalah," ujar dia.
Sedangkan dari pemilih, berdasarkan sigi, Kacung menilai dua posisi teratas justru dihuni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Akan tetapi, keduanya masih belum menentukan sosok cawapres.
Elektabilitas dan popularitas Anies Baswedan dinilai masih lebih rendah dari dua calon lainnya. Akan tetapi, menurut Kacung, Anies bisa memanfaatkan potensi dukungan dari PKB dan warga Nahdatul Ulama (NU) yang berafiliasi dengan PKB.
Senada, pengamat Politik Dodi Ambardi menilai peta koalisi berdasarkan suara di DPR bukan jaminan keberhasilan capres-cawapres di Pemilu 2024. Menurut dia, kekuatan dukungan tetap ditentukan seberapa berhasil partai politik membawa pendukungnya untuk memilih pasangan capres-cawapresnya.
Pada bagian ini, menurut Dodi, tiga koalisi memiliki kekuatan seimbang. Dia menilai hanya tiga Parpol yang relatif bisa menggiring pendukungnya pada keputusan politik yang sama. Ketiganya adalah PDIP yang berada di koalisi Ganjar; Gerindra di koalisi Prabowo; dan PKS di koalisi Anies.
Toh, menurut dia, peta koalisi pengusung capres-cawapres belum final. Dia memprediksi dinamika politik masih akan terjadi terutama saat penetapan nama bakal cawapres di setiap koalisi.
"Sampai hari pendaftaran capres-cawapres, saya kira koalisi itu belum sepenuhnya kokoh," ujar Dodi. "Kita melihat formasi koalisi yang berubah-ubah."
Peta Kekuatan Koalisi Capres di DPR
Koalisi Indonesia Maju
Total Kursi: 45,39% (261 kursi)
Partai Golkar: 85 kursi
Partai Gerindra: 78 kursi
Partai Demokrat: 54 kursi
PAN: 44 kursi
Koalisi Perubahan untuk Persatuan
Total Kursi: 29,04% (167 kursi)
Partai Nasdem: 59 kursi
PKB: 58 kursi
PKS: 50 kursi
Koalisi Ganjar Pranowo
Total Kursi: 25,56% (147 kursi)
PDIP: 128 kursi
PPP: 19 kursi
(frg)