Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga minyak dunia masih terus naik. Rekor baru pun tercipta.
Pada Selasa (19/9/2023) pukul 06:14 WIB, harga minyak jenis Brent ada di US$ 94,71/barel. Naik 0,83% dari hari sebelumnya sekaligus jadi yang tertinggi sejak Oktober tahun lalu.
Sedangkan yang jenis Light Sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 92,35/barel. Melonjak 1,74% dan menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2022.
Dalam seminggu terakhir, harga Brent dan WTI melesat masing-masing 4,46% dan 5,78%. Selama sebulan ke belakang, harga meroket 12,6% dan 15,25%.
“Aksi borong belakangan ini membuat harga naik terlalu cepat. Jadi begitu ada kabar negatif, maka akan ada sell off (aksi jual massal) yang dramatis.
“Namun secara umum, fundamental minyak masih menunjukkan pasar yang ketat di sisi pasokan. Sampai ini berubah, pasar bisa bertahan dari risiko sell off,” terang Dennis Kissler, Senior Vice President di BOK Financial Securities, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif (time frame) harian, minyak memang masih bullish. Untuk Brent, ini dibuktikan dengan nilai Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 78,99.
Skor RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun perlu dicatat, RSI di atas 70 menunjukkan sudah terjadi jenuh beli alias overbought.
Oleh karena itu, risiko koreksi harga minyak menjadi terbuka. Untuk Brent, target koreksi terdekat ada di US$ 93,23/barel. Jika tertembus, maka ada kemungkinan turun lagi ke US$ 91,8/barel.
Sedangkan untuk WTI, RSI saat ini ada di 74,18. Sama seperti Brent, sudah overbought.
Target koreksi terdekat adalah US$ 90,13/barel. Andai tertembus, maka bisa turun lagi menuju US$ 88,87/barel.
(aji)