Airnav Indonesia, kata Rionald, akan menggunakan anggaran sebesar Rp471,9 miliar untuk pengembangan ATMS di Jakarta; Rp108,7 miliar di Balikpapan, Kalimantan Timur; Rp76,2 miliar di Medan, Sumatera Utara; dan Rp60,7 miliar di Pontianak, Kalimantan Barat.
Menurut dia, instalasi ATMS di kota-kota tersebut juga sudah cukup tua. Instalasi ATMS di Jakarta terakhir pada 2011. Sedangkan di Balikpapan, Medan, dan Pontianak tercatat terakhir pada 2012.
"Kebutuhan Investasi adalah Rp717,5 miliar namun yang dimintakan PMN adalah sebesar 659,19 miliar. Sisanya akan berasal dari dana internal perusahaan," kata Rionald.
Sedangkan PMN barang, menurut dia, sebagian besar adalah pengalihan pelayanan navigasi milik Kementerian Perhubungan ke BUMN tersebut. Kemenkeu berharap seluruh aset tersebut bisa membantu Airnav Indonesia meningkatkan kapasitas traffic penerbangan; serta mendukung keamanan dalam rangka mobilitas penumpang dan barang via udara.
Adapun aset yang akan menjadi PMN bagi Airnav Indonesia terdiri dari 181 unit bangunan dan gedung senilai Rp71,9 miliar; 2.658 peralatan kenavigasian senilai Rp800,20 miliar.
"Nah sekarang di 2022 [keuangan Airnav Indonesia] sudah mulai membaik walaupun belum sebaik sebelum pra-covid pandemi. Nah, kita berharap perum ini bisa membukukan laba kembali seperti sebelum masa pandemi," kata Rionald.
(frg)