Sepanjang 2023, produksi konsentrat tembaga PTFI diproyeksi menembus 1,6 miliar pounds. Sampai dengan paruh pertama tahun berjalan, realisasi produksi telah mencapai 735 juta pounds.
Dari total produksi konsentrat perusahaan, 40% diserap oleh PT Smelting untuk dimurnikan menjadi katoda. Adapun, kapasitas pengolahan smelter eksisting di Papua tersebut adalah 300.000 ton konsentrat per tahun
Meski memproduksi tembaga dan produk turunannya, anak usaha Freeport-McMoRan Inc. di Indonesia beserta korporasi tambang tembaga global lainnya bukanlah penentu harga pasar.
“Kita ini price taker, bukan price maker. Harga [tembaga] sudah ditentukan oleh London Metal Exchange [LME]. Kita berbeda dengan manufaktur yang bisa menentukan harga ketika permintaan sedang naik. Tidak bisa, ‘wah harga naik, ayo kita produksi lebih banyak’. Tidak bisa begitu. Jadi, berapapun harga komoditas itu, ya sudah kami melaksanakan,” jelas Tony.
Harga tembaga berjangka relatif stabil hari ini, Senin (18/9/2023), dan diperdagangkan di level US$8.417/ton di London Metal Exchange.
Terkait dengan persaingan dalam mencari pangsa pasar, Tony mengeklaim Freeport Indonesia tidak terlalu khawatir meski pembukaan tambang tembaga ke depan diproyeksi akan stagnan.
“Kalau pasarnya ada, cuma harganya saja yang naik turun. Kalau di dalam negeri, harapan kami ya supaya industri lebih hilir yang menggunakan katoda tembaga itu akan bermunculan supaya serapan domestik bisa lebih optimal,” tuturnya.
Saat ini terdapat ‘pertarungan’ tiga arah yang sedang berlangsung untuk memperebutkan gelar produsen tembaga terbesar di dunia. Setelah membeli OZ Minerals Ltd. Australia, BHP Group menantang juara bertahan Codelco yang sedang didera penurunan produksi di tengah upaya untuk merombak operasi yang menua di Cile.
Faktanya, perusahaan yang berbasis di Melbourne ini menghasilkan tembaga lebih dari Codelco pada kuartal terakhir tahun lalu.
“Risikonya adalah, jika Codelco tidak meningkatkan produksi pada 2024 dan BHP melakukannya, maka mereka dapat menyalip Codelco yang perkasa dalam beberapa tahun,” kata analis Bloomberg Intelligence Grant Sporre, belum lama ini.
Di sisi lain, Freeport-McMoRan Inc. sempat naik ke posisi pertama tahun lalu karena menggenjot penambangan tembaga bawah tanah di Indonesia, meskipun perusahaan Amerika Serikat (AS) tersebut telah mengalami penurunan pangsa produksi setelah menyerahkan setengah asetnya kepada Pemerintah Indonesia sebagai syarat untuk menandatangani kontrak baru.
Sporre menilai Freeport di urutan ketiga sebagai produsen tembaga terbesar dunia pada tahun-tahun mendatang, dengan Codelco baru saja menghentikan BHP untuk merebut mahkota.
Dalam sebuah presentasi pada pertengahan Agustus, CEO Codelco Andre Sougarret yang keluar menyampaikan proyeksi yang kurang lebih sesuai dengan perkiraan Sporre. Namun, Codelco telah kehilangan target selama bertahun-tahun di tengah penundaan proyek yang mengeksposnya ke bijih berkualitas lebih rendah.
(wdh)