Logo Bloomberg Technoz

Of course ada, pasti ada naik dan turun. Contohnya film ‘Ganjil Genap’ bagus sekali. Kalau Anda tidak suka saya bisa bingung. Itu filmnya bagus sekali tapi saya sudah ada feeling film ini di bioskop agak susah. Padahal bagusnya, saya benar-benar apresiasi. Saya sih sebagai filmaker puas banget dengan produk yang dibuat oleh Bene Dion.

Tapi ada feeling yang ini susah dimakan di bioskop. Film ‘Catatan Si Boy’ yang IP-nya sangat besar, ada sponsorship. Biasa kan sponsorship tidak sembarangan masuk di film, kalau yang besar sekali baru mau. Eh, nggak jalan baru bulan Agustus. Tapi lihat ada premiere ‘Kisah Tanah Jawa’, itu pasti besar meledak film saya cuman sebesar apa? Kadang kita sudah tahu, tapi sebesar apa? Ini ragu, bisa jalan bisa nggak, atau ini biasa. Saya sekarang sudah tahu ini tidak perlu di bioskop. Tapi kadang yang bagus sekali kita tetap harus coba.

Tapi saya sudah bisa tahu, seperti kalau lihat cermin, kita lagi mau make-up kurang apa. Atau kayak mau gunting rambut kan lihat kita sudah tahu kekurangan dan kelebihan. Dan ini bisa diterima pasar, kurang lebih sudah punya intuisi 70%-80% tinggal kita mengikuti. Nanti salah tidak papa, soalnya dari 10 pertaruhan kita berapa benar berapa salah. Itu yang salah lihat dari diri saya.

Minat Penonton Indonesia sendiri seperti apa?

Tapi gini ya, saya tahu horor sangat diminati, mungkin budaya orang kita percaya. Tapi saya merasa, walaupun bukan MD, ‘Miracle In Cell no. 7’ itu bisa dapat 5 juta [penonton] di genre drama. Drama yang tepat bisa laku. Saya berani pertaruhkan bukan nyawa, tapi ayolah saya taruhkan uang di film ‘Ipar Adalah Maut’. Dari script saya percaya  film itu akan besar, yang akan dirilis tahun depan. Jadi sudah ada insting juga ini bisa.

Kenapa ada extended version dari ‘KKN di Desa Penari?

Saya bukan mau aji mumpung, extended dapat sekitar 900 ribu, bukan saya mau untung. Saya tahu kok, mau untung berapa sih? Kan syuting ulang, marketing. Saya mau karena saya merasa fans meminta, ‘kok ini dipotong, ini tidak?’ Itu alasan saya bikin extended. Jadi bukan mau aji mumpung, manfaatin gitu loh. Karena saya merasa ada potensi yang menarik juga, jadi kenapa tidak? Supaya lebih sempurna. Itu alasannya. 

Founder & CEO MD Entertainment, Manoj Punjabi saat ditemui di gedung MD Place, Jakarta, Selasa (12/9/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bocoran film ‘KKN di Desa Penari 2’?

Saya jamin bakal ada sesuatu yang baru dari MD untuk KKN 2 yang belum pernah dilakukan di Industri film Indonesia. Bocoran? Nggak, itu tunggu nanti kalau sudah ada announcement Anda akan bilang wow. Saya lagi target untuk lebih, biasanya saya tahu, ini ya.

Waktu KKN di gala premiere, waktu itu kita tidak tahu angkanya berapa. Wartawan bilang ‘Pak, ini bisa 2 juta.’ Dalam hati saya cuma senyum, ‘Gue berharap angkanya bisa gila’. Jadi saya punya feeling, tapi saya tidak bisa arogan. Kayak ‘Sewu Dino’ ada wartawan tanya berapa target? Saya jawab 3-5 juta. Hasilnya 4,9 juta. Saya tahu kan. 

Alasan MD Terus Produksi Web Series di OTT?

Dari dulu kita jago buat sinetron. Streaming dari 2017 saya sudah pupuk, ayo kita bikin. Saya sudah siap, SDM saya masuk ke series, karena ada IP yang bukan untuk layar lebar tapi cocok untuk streaming. Saya mau ada variasi dua itu, jadi ada option ke sana. Contohnya, ‘My Lecture My Husband’ sudah ada film script. Karena pandemi kita jadi 6-8 episode untuk series. Kedua, ‘Layangan Putus’ itu film script, ke series jadi lebih gila.

Streaming jadi revenue baru dari PH, berapa growth dari 2018 sampai sekarang?

Jauh, 2018 untuk bikin dua saja sudah susah, satu saja susah, puluhanan kali lipat dari segi streaming. MD sudah buat 25 dari 2020, ya tiga tahun. Jadi itu growth-nya jauh. Dulu waktu kita ketemu saya belum buat satu pun belum, 2019 nol tapi sudah siap semua. Saya lagi invest terus, karena itu 2020 MD yang pertama terobos. Cek saja di WeTV nomor satu siapa, Amazon Prime nomor satu siapa? Jadi kan itu dedicated. 

Berapa persen menyumbang pendapatan untuk MD?

Ada angka 20%-50% tergantung tahunnya. Avaragenya 30%-25% saya rasa, kurang lebih. 

Perbandingan beberapa persen untuk film atau series?

Kurang lebih 30% series, balance. Persentase itu bisa naik turun. Semuanya harus balance. Kita ada rencana ekspansi, jadi sekarang mungkin perbandingannya dengan film adalah 40-60 atau 50-50. Untuk 2023, ada [film] yang MD hanya distributor. Jadi [tahun 2023] antara 10-11 film yang mau rilis. Untuk film original MD ada 8-9 film sampai akhir tahun nanti. Jadi gini, bagi saya bukan hanya membuat film bagus, tapi membuat film bagus tetapi membuat film box office.

Bukan hanya membuat film box office doang, tetapi membuat film dari budget bagus. Dari segi kualitas, mutu, semua. Karena kalau box office doang nanti filmnya kacangan, kualitas jelek, jadi kan kita mundur lagi. 

Satu film MD biaya produksi berapa?

Sekarang MD tidak main dibawah Rp7 miliar-an. Rp8 miliar bisa itu tapi belum cost yang dari dalem dia bisa Rp25 miliar. KKN itu biaya produksinya Rp15 miliar-Rp16 miliar. Tapi itu belum semua. Saya sebagai produser belum ambil fee. Kalau dihitung-hitung bisa Rp25 miliar lebih, karena kita harus bayar untuk di dalam. Karena harus ada alokasi untuk tim kreatif, produksi, hingga promosi. Jadi untuk ngomong angka pastinya susah. Mungkin bahkan bisa Rp30 miliar. Karena kita tidak lagi pakai budget murah karena itu beban tersendiri untuk kita.

Film KKN di Desa Penari membuat saham MD Naik?

Iyalah, marginnya tidak bisa ngomong karena ada banyak perhitungan tidak bisa ngomong. Ya, cukup signifikan, Anda bisa kakulasi sendiri. Ini very confidential saya tidak bisa ceritakan. Tapi sesintif-sensitifnya MD kan terbuka.

Saya listed karena saya mau supaya investor ada potensi masuk, itu satu. Saya listed karena perusahaan film bisa banyak tidak banyak, karena sudah transparan masuklah tencent.

Manoj Punjabi, CEO MD Entertainment

Soal ‘ngebom tiket’, apa tanggapan Manoj?

Semua orang punya strategi masing-masing kita semua juga tahu film apa yang melakukan ‘ngebom tiket’. Saya pernah membeli 20 ribu voucher, saya bagi-bagikan di radio. Apakah itu ngebom tiket? Itu bagi saya adalah promosi. Kalau orang mau beli kosongan supaya film tidak dicopot dari bioskop, ya itu dia punya strategi, kita tidak bisa salahin marketing   juga. Kalau KKN ‘ngebom tiket’, saya bom berapa tiket? Apa gampang cari 500 ribu orang? Tapi kalau saya bom tiket kan pintar dan bodoh di saya.

Saya tidak setuju kita lihat kantong atau dapur orang, biar saja dia mau masaknya gimana. Kalau saya lebih bagus jangan bikin film busuk. So, bagi saya ngomong soal bom tiket, kalau tidak melakukannya dicopot kalau ngebom tidak dicopot. Jadi gue mending buang duit siapa tahu film gue bisa jalan. I think that’s fair. Tapi bom tiket itu tidak gampang, orang-orang juga tidak bodoh. 

Soal kerja sama dengan Tencent, arahnya akan ke mana?

Saya tidak anggap ini kerja sama. Saya tidak ekspektasi apa-apa. Saya anggap mereka minority share holder dan saya sangat terima kasih. Ya udah, saya sudah dapat saya punya posisi, kalau kita cocok very good, kalau tidak saya move on. Dia mau main gede, dia sudah kasih kita cap halal, kalau buat saya itu cap sudah cukup.

Pertanyaanya harusnya ‘kenapa saya listed?’ Saya listed karena saya mau supaya investor ada potensi masuk, itu satu. Saya listed karena perusahaan film bisa banyak tidak banyak, karena sudah transparan masuklah Tencent. Tencent masuk saya sudah dapat cap itu. Bagi saya sudah tercapai target saya di 2018. Sekarang is my future growth. Ask me after 2023 or 2025, saya juga mau lihat. Kalau sekarang tanya saya, saya tidak bisa komentar. Ini sudah komentar semaksimal saya.

Tencent sukses di game dan platform lain, mungkin ada yang ditawarkan Tencent ke MD? Seperti aplikasi?

Nggak app. Saya mau lapangan main. Lapangan apa, saya belum tahu? Nanti tanya saya di 2025. 

Mau membuat pesaing Netflix?

Nggak tahu, lapangan main pokokya. Saya harus grow my content. To grow saya perlu lapangan main. Lagi nebeng dapat jam 4-6, saya mau 24 jam di lapangan.

Gimana dengan pekerja industri film saat ini?

Belum. Kita punya SDM. Tidak pakai luar. Kita lagi grow lagi evolve. Tapi we need more quality. Kalau di Hollywood dari sutradara, penulis, antre orang. Di Bollywood banyak. Di kita masih sedikit. Itu jadi oppurtunity tapi growth-nya slow juga.

Seperti apa rasanya punya kekayaan Rp7-Rp8 T?

Sama saja. Saya lihat growth saja. Kalau ngomong gitu 50 persen punya saya. Atas nama saya seratus persen. Saya semua. Sama saja pak, yang penting growth, yang penting perusahaan ini bisa maju dan lebih besar lagi.

Perkembangan industri film Indonesia?

Very good. Dari segi konten ke series, konten ke layar lebar, very good. Jumlah penonton naik. Tinggal kita lebih baik lagi. Penonton untuk film Indonesia sudah balik, film asing belum. Peak-nya di 2019 itu ada 150 juta penonton kurang lebih. Tahun lalu di bawah 90 juta penonton. Minimal tahun lalu kita jadi tuan rumah. 

Berarti OTT sangat menguntukan MD Entertainment?

Ada dapat juga. Ada itungannya. OTT ambil setelah bioskop. OTT menguntungkan bagi MD Entertainment. 

Kenapa MD Jarang mengadopsi script film Korea Selatan?

Kebetulan MD ada film ‘Scandal Makers’ dan ‘200 Pounds Beauty’ IP dari Korea langsung ke streaming. Jadi MD, actually film pertama saya seharusnya ‘Ayat-ayat Cinta’ itu dari buku. Jadi memang maunya dari buku lokal. KKN dari Twitter. Sesuatu yang lokal itu lebih relatable bagi saya. Massanya lebih luas. Saya lebih suka local content saja, lokal IP saja. Itu kan preferensi. Habibie Ainun, Ayat-ayat Cinta, Surga yang Tidak Dirindukan, Danur, KKN, Sewu Dino itu semua kan konten lokal. Tapi bukan tidak ada kemungkinan tidak. Saya punya identity sendiri, kita trendsetter biasanya.

(spt/hps)

No more pages