Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan kebutuhan energi di Asean akan meningkat 13% secara tahunan pada 2023. Adapun, permintaan bahan bakar fosil masih tetap mendominasi.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling berkembang dan menjanjikan dalam perekonomian global. Mengacu pada laporan Asian Development Bank (ADB), prospek pertumbuhan ekonomi anggota Asean mencapai 4,6% pada 2023 dan diproyeksikan meningkat menjadi 4,9% pada 2024.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, lanjutnya, permintaan energi meningkat.

“Permintaan energi ASEAN diperkirakan akan meningkat 13% pada tahun 2023 dari tingkat 2020 tanpa adanya intervensi kebijakan. Bahan bakar fosil diproyeksikan terus mendominasi sektor energi, dengan minyak masih memberikan kontribusi terbesar yaitu 45,8% konsumsi energi,” ujarnya di sela  PYC International Conference 2023, Jumat (15/9/2023).

Dalam Pertemuan Menteri Energi Asean bulan lalu, Arifin menyebut anggota Asean sepakat untuk mempercepat transisi energi dan pencapaian ketahanan energi berkelanjutan melalui interkonektivitas di kawasan kami.

Untuk itu, Platform Asean Power Grid dan Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) akan meningkatkan pemanfaatan sumber energi bersih dan terbarukan di seluruh kawasan.

Dia memaparkan negara-negara Asean diberkahi dengan sumber daya energi yang beragam dan berlimpah, khususnya sumber daya energi baru terbarukan (EBT) yang menyumbang lebih dari 17.000 GW, yang sebagian besar berasal dari tenaga surya 15.602 GW dan angin 1.255 GW.

“Adapun, cadangan gas sekitar 130 TCF terutama berasal dari Indonesia 44 TCF, Malaysia 32 TCF, dan Vietnam 22,8 TCF,” urainya.

Asean dengan sumber daya energi bersih dan terbarukan yang sangat besar telah berupaya sebaik mungkin dalam menerapkan transisi energi untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada pertengahan abad ini.

“Dalam kasus Indonesia, kami telah mengembangkan peta jalan transisi energi untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada 2060 atau lebih cepat lagi. Dalam peta jalan ini, kami bertujuan untuk mengembangkan 700 GW energi terbarukan dalam bauran energi, yang berasal dari tenaga surya, air, laut, panas bumi, dan nuklir,” kata Arifin.

Indonesia juga berencana membangun Super Grid untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan, sekaligus menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan. Hal ini akan membuka peluang untuk terhubung dengan program Jaringan Listrik Asean.

“Dari sisi permintaan, kami akan menerapkan beberapa strategi misalnya elektrifikasi di industri; penetrasi kendaraan listrik; pemanfaatan hidrogen; pengembangan jaringan gas kota; dan efisiensi energi,” ujarnya.

Namun, kata Arifin, untuk mempercepat transisi energi, diperlukan akses terhadap teknologi rendah karbon dan dukungan keuangan dengan bunga rendah dan pembiayaan berkelanjutan yang mudah diakses.

Percepatan transisi energi juga akan meningkatkan kebutuhan akan mineral penting. Indonesia memiliki cadangan mineral yang besar seperti nikel, bauksit, timah, dan tembaga, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya teknologi energi ramah lingkungan seperti panel surya, Sistem Penyimpanan Energi Baterai (BESS), jaringan listrik pintar, dan kendaraan listrik.

Saat ini, Indonesia sedang mengembangkan pengolahan, pemurnian, dan penghiliran industri berbasis mineral.

“Untuk itu, saya juga ingin mendorong kerja sama berkelanjutan dari Negara-negara Anggota ASEAN dan seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan kemitraan inklusif dalam mempercepat transisi energi, meningkatkan keamanan energi, dan meningkatkan konektivitas,” ujarnya. 

(wdh)

No more pages