Logo Bloomberg Technoz

Prognosis distribusi Pertalite pada tahun ini hanya naik 5% dari realisasi konsumsi bensin bersubsidi itu pada tahun lalu sebanyak 29,34 juta kl. Sebelum 2022, padahal, rerata pertumbuhan anual konsumsi Pertalite mencapai 7%.

Menurut data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), distribusi Pertalite per Agustus tahun ini sudah mencapai 19,27 juta kl. Dengan kata lain, konsumsi Pertalite per bulan lalu sudah mencapai sekitar 59,22% dari kuota APBN. 

Ilustrasi SPBU Pertmina. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Kebut Konversi EV

Untuk mengantisipasi jika harga minyak dunia masih terus terkerek hingga tahun depan, Arifin mengatakan pemerintah akan fokus memacu adopsi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di dalam negeri, alih-alih menambah beban anggaran subsidi BBM.

“Jadi harus cepat berkonversi ke [kendaraan] listrik. Harus dipercepat itu karena manfaatnya banyak. Kita sudah bahas ongkos yang dipakai untuk tambahan subsidi, itu bisa membangun berapa ratus ribu motor konversi listrik. Dengan battery swap kan skema yang lebih murah ke konsumen [daripada menggunakan BBM],” terangnya.

Di samping itu, lanjut Arifin, jika beban subsidi BBM ditambah hanya untuk meredam dampak harga minyak dunia, Indonesia tidak akan mendapatkan nilai tambah akibat kehilangan devisa karena impor BBM yang makin tinggi serta tidak adanya penciptaan lapangan kerja baru.

“Kalau konversi EV jalan, selain bisa membuka lapangan kerja baru, UKM juga bisa berkembang dan kita juga bisa mengurangi impor crude [minyak mentah],” sambungnya.

Per hari ini, WTI untuk pengirimanOktober naik US$1,64 menjadi ditutup pada US$90,16 per barel di New York. Adapun, Brent untuk pengiriman bulan November naik US$1,82 menjadi ditutup pada US$93,70.

Nilai-nilai tersebut sudah mendekati, atau bahkan melampaui target harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) di level US$90 per barel yang dipatok dalam asumsi makro tahun ini.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan risiko kenaikan harga BBM bersubsidi akibat tren penguatan harga minyak dunia belakangan ini masih belum akan terjadi hingga akhir tahun ini.

“Kami memperkirakan harga minyak bertahan di rentang US$85—US$90 per barel hingga akhir tahun ini karena suplai yang ketat, dan harga rata-rata untuk 2023 di level US$86,1/barel,” ujarnya.

Setala, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto juga berpendapat ketahanan anggaran negara untuk menjaga harga BBM di tengah penguatan harga crude masih cukup fleksibel.

“Posisi APBN masih surplus pada semester I-2023, walaupun diikuti dengan belanja transfer daerah yang lambat. Perkiraan saya, kenaikan harga minyak tahun ini tidak akan setinggi waktu meletusnya invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu,” katanya.

Eko memperkirakan harga minyak dunia sampai akhir tahun ini maksimal akan menyentuh US$95/barel, terutama pada Desember, atau saat musim dingin mulai terjadi di Eropa.

Akan tetapi, Eko mengalkulasikan kenaikan harga minyak US$5/barel di atas asumsi makro masih dalam batas aman, lantaran sepanjang paruh pertama tahun ini, harga minyak dunia masih berada di bawah ambang asumsi makro.

“Sepertinya, November akan mulai ada kenaikan. Meskipun secara keseluruhan kenaikan di level moderat karena pertumbuhan ekonomi global 2023 diperkirakan melambat, otomatis permintaan energi juga akan turun dibanding tahun lalu,” ujarnya.

(wdh)

No more pages