Pekerja lokal dengan jumlah yang mencapai 1.096 orang, kata Eva, harus melalui proses pelatihan dan mendapatkan sertifikat kelulusan. Saat ini, kata dia, sekitar 300 orang pekerja lokal telah melalui proses pendidikan Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun (PPI) dan siap melakukan proses sertifikasi.
"Selanjutnya, pekerja lokal tersebut akan ditugaskan sebagai pendamping operator O&M dari China Railway pada proses transfer knowledge. Sementara 796 pekerja lokal lainnya saat ini akan melanjutkan proses pelatihan terkait High Speed Railway (HSR)," rinci Eva.
Eva turut menjawab pertanyaan ihwal banyaknya TKA yang didatangkan, menurutnya ini dilakukan karena terdapat perubahan strategi untuk percepatan transfer keahlian dan pengetahuan yang sudah diprogramkan.
Awalnya, kata dia, 1.096 pekerja lokal direncanakan untuk dikirim ke China mulai tahun 2021. Namun, rencana ini terkendala karena adanya Pandemi Covid-19 yang membuat pemerintah China tidak mengizinkan warga asing untuk masuk ke negara tersebut.
“Sehingga pelatihan HSR Training baru bisa dilakukan tahun 2022 dan lokasi pelaksanaannya dipindah ke Madiun. Training HSR dilaksanakan di PPI Madiun bekerja sama dengan Universitas Perkeretaapian di China yakni Southwest Jiaotong University dan Tianjin Railway Vocational and Technical College,” ujarnya.
Pekerja lokal yang telah dan akan menjalani Training HSR diseleksi secara ketat dan diwajibkan memiliki pengalaman sebagai operator O&M. Sebagai contoh, kata Eva, untuk masinis KA Cepat adalah orang-orang terpilih yang sebelumnya harus sudah memiliki catatan mengemudikan kereta sebanyak 10.000 jam.
"Karena menjadi masinis kereta api cepat memerlukan keahlian tertentu yang berbeda dari keahlian masinis kereta konvensional," ujarnya.
(dov/ain)