Siang ini nilai tukar rupiah kembali melemah di pasar spot ke kisaran Rp15.370/US$ di tengah optimisme lelang perdana Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) hari ini yang diharapkan bisa menarik banyak modal asing masuk.
Dolar AS Dominan
Total posisi ULN swasta, termasuk utang valas jangka panjang per Juli lalu mencapai US$ 193,9 miliar, sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya dan menjadi posisi ULN swasta terendah sejak 2018 menurut laporan Bank Indonesia.
Dari total nilai utang luar negeri swasta, ULN dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS) masih menjadi yang terbesar dengan nilai mencapai US$ 168,45 miliar. Sedangkan ULN swasta dalam mata uang rupiah IDR mencapai US$ 9,9 miliar, disusul dalam yuan China yang nilainya sebesar US$ 7,3 miliar, kemudian ULN dalam euro senilai US$ 3,65 miliar.
Posisi ULN swasta yang jatuh tempo kurang dari setahun ke depan membutuhkan kesiapan dari issuer atau debitur mengingat tren bunga acuan setahun ke depan diprediksi masih akan di level tinggi.
Federal Reserve, bank sentral AS, diprediksi masih akan menaikkan lagi bunga acuan di sisa tahun ini hingga ke level 5,75%. Sementara, semalam, European Central Bank (ECB), bank sentral Eropa, telah memutuskan kenaikan bunga acuan ke 4%, disebut menjadi level puncak yang akan bertahan cukup lama ke depan.
Dengan bunga acuan yang jauh lebih tinggi dan bisa disebut sebagai yang tertinggi dalam empat dekade terakhir, korporasi menanggung risiko pembengkakan biaya dana apabila menempuh refinancing utang dalam waktu dekat.
Bloomberg pernah melansir, korporasi di kawasan Asia Tenggara dalam waktu dekat menghadapi tenggat refinancing utang global bond jatuh tempo senilai US$ 147 miliar. Sementara dalam tiga tahun mendatang, nilai obligasi global yang jatuh tempo diperhitungkan melampaui US$ 112 miliar.
Korporasi asal Indonesia termasuk di antaranya di mana untuk global bond yang jatuh tempo tahun ini tercatat setidaknya ada dua perusahaan. Yaitu, obligasi dolar AS terbitan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID), BUMN holding pertambangan, yang jatuh tempo tahun ini senilai US$ 1,25 miliar dengan nilai outstanding sebesar US$ 310,93 juta.
Lalu ada juga, surat utang jangka menengah (MTN) milik Puji Surya Indah, perusahaan kopi Jawa Timur dengan nilai US$ 5 juta.
Sementara bila menggaris tanggal jatuh tempo hingga akhir 2024 nanti, setidaknya ada 21 global bond milik korporasi domestik senilai US$ 4,8 miliar. Di antaranya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang menerbitkan Euro MTN senilai US$ 750 juta, memberikan kupon 3,75% dan maturity date 11 November 2024.
Ada juga PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai US$ 500 juta, jatuh tempo pada 24 Maret 2024 dengan kupon 3,95%.
Disusul berikutnya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) senilai US$ 750 juta, dengan kupon 4,25% dan jatuh tempo 31 Oktober 2024. Lalu, PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan global bond jatuh tempo pada November 2024 senilai US$ 575 juta, berkupon 5,87%.
Nickel Industries Ltd, yang menguasai saham PT Hengjaya Mineralindo, perusahaan tambang nikel yang tercatat sebagai salah satu pemasok terbesar bijih limonit dan saprolit high-grade ke IMIP, juga memiliki utang dolar AS jatuh tempo tahun depan senilai US$ 245,6 juta.
Perusahaan properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) melalui APL Realty Holdings Pte Ltd juga punya obligasi jatuh tempo US$ 131,96 juta dengan kupon 5,95%.
Grup Lippo melalui LMIRT Capital Pte, tercatat memiliki utang dolar AS jatuh tempo sebesar US$ 231,8 juta. Lalu, ada juga PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) juga menghadapi jatuh tempo utang dolar AS senilai US$ 450,14 juta.
Di tengah kenaikan posisi ULN swasta yang jatuh tempo kurang dari setahun ke depan, Bank Indonesia memastikan, posisi ULN Indonesia masih terkendali yang terindikasi dari rasio ULN terhadap PDB yang menurun menjadi 29,2% per Juli lalu dari sebesar 29,3% bulan sebelumnya. Dominasi ULN jangka panjang lebih besar mencapai 87,8% dari total ULN.
ULN Indonesia pada Juli 2023 tetap terkendali sebagaimana tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,2%, dari 29,3% pada bulan sebelumnya, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,8% dari total ULN.
Selain itu berdasar data dari Dana Moneter Internasional (IMF), rasio jumlah utang dan pinjaman dari perusahaan nonkeuangan di Indonesia baru sebesar 23% dibandingkan PDB.
Rasio itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia sebesar 78% dan Thailand yang rasionya hampir 90%, tertinggi di kawasan.
(rui/aji)