Logo Bloomberg Technoz

Kemudian ekspor dan impor tumbuh masing-masing 9,6% dan 8,1% sehingga net ekspor tumbuh 23,4%. Lalu konsumsi pemerintah tumbuh moderat 2,4%.

Sepertinya Malaysia berhasil memanfaatkan ‘durian runtuh’ akibat kenaikan harga komoditas, utamanya minyak sawit mentah (CPO). Malaysia adalah negara produsen CPO terbesar kedua dunia, hanya kalah dari Indonesia.

Tahun lalu, harga CPO melesat mengikuti harga komoditas lainnya. Sepanjang 2022, rata-rata harga CPO di Bursa Malaysia adalah MYR 4.913,4/ton. Naik 18,4% dibandingkan rerata setahun sebelumnya.

Sumber: Bloomberg

Bagaimana dengan Indonesia, sang produsen CPO nomor 2 dunia?

Pada 2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,31%. Cukup jauh di bawah pencapaian Malaysia, padahal Indonesia memproduksi CPO lebih banyak.

Penyebabnya adalah porsi ekspor terhadap PDB di kedua negara yang berbeda. Di Malaysia, kontribusi ekspor terhadap pembentukan PDB berada di atas 60%. Sedangkan di Indonesia porsinya hanya sedikit di atas 20%.

Sumber: Bank Dunia

Oleh karena itu, wajar jika Malaysia lebih mampu memanfaatkan kenaikan harga CPO untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sebab peranan ekspor terhadap ‘kue’ ekonomi di Malaysia jauh lebih tinggi ketimbang di Indonesia sehingga dampaknya lebih terasa.

Di antara negara-negara ASEAN-6, Malaysia membukukan pertumbuhan ekonomi terbaik. Vietnam berada di peringkat kedua dengan pertumbuhan ekonomi 8,2%.

Kemudian Filipina menjadi nomor 3 dengan capaian 7,6%. Setelah itu baru Indonesia di ranking 4.

* Angka proyeksiSumber: Berbagai sumber, diolah

(aji)

No more pages