“Dampak perubahan iklim telah membuat kita semua berbenah diri,” kata Rick Cotton, direktur eksekutif Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey, pemilik JFK dan bandara-bandara lebih kecil seperti LaGuardia dan Newark.
Meskipun industri penerbangan telah berjanji untuk mencapai nol emisi karbon pada 2050, kondisi cuaca yang buruk membuat mereka memikirkan kembali infrastruktur penting di bandara dan lapangan udara di seluruh dunia.
Menurut laporan Manajemen Risiko Iklim yang diterbitkan pada 2021 oleh Universitas Newcastle dan Tyndall Centre for Climate Change Research di Inggris, dengan adanya kenaikan permukaan laut saja berarti bandara mungkin harus mengeluarkan US$57 miliar untuk mempertahankan tingkat risiko saat ini hingga akhir abad.
Gelombang panas musim panas ini di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia memberikan tekanan pada sistem pendingin di bandara. Sistem tersebut sangat penting bukan hanya untuk menjaga kenyamanan penumpang, tetapi juga memastikan sistem elektronik penting tidak terlalu panas.
Hujan badai yang datang secara tiba-tiba pada Agustus juga membuat pesawat di Frankfurt, bandara tersibuk di Jerman, terlihat seperti diparkir di tengah danau. Sementara suhu panas tahun lalu di Inggris menyebabkan landasan pacu Bandara Luton London retak.
?? #Frankfurt Airport after tonight's thunderstorm. Many flights have been canceled.
— FlightMode (@FlightModeblog) August 16, 2023
? ©Fatih via @alex_le_bars#Germany #thunderstorms #aviation #AvGeek #avgeeks #flights #Travel #traveler #flood #airport #rain pic.twitter.com/Avp7HMdZQJ
Landasan pacu mengandung campuran aspal yang berbeda-beda, tergantung pada iklim di suatu wilayah. Permukaan di Dubai, misalnya, terbuat dari komposisi yang berbeda untuk menahan suhu yang lebih tinggi dibandingkan Inggris, yang kini mengalami suhu panas dalam periode yang lebih lama.
Di daerah beriklim dingin di Alaska, bandara dan infrastruktur penting lainnya dibangun di atas permafrost, lapisan yang selalu beku di atas atau di bawah permukaan bumi. Namun, dengan meningkatnya suhu, beberapa lapisan permafrost telah mencair, yang merusak jalan dan landasan pacu.
Di Eropa, Banda Schiphol Amsterdam telah meninggikan landasan pacu di pusat, dan menurunkannya ke tepi untuk memastikan air mengalir dengan baik saat curah hujan meningkat. Menurut seorang pejabat, Schiphol juga sedang mengerjakan sistem pembuangan air hujan yang dapat mengatasi peningkatan curah hujan di abad mendatang.
Bandara ini juga menciptakan area yang teduh di sepanjang jalur pejalan kaki dan sepeda, meningkatkan ventilasi, menanam pohon, dan merancang permukaan tahan panas agar bangunan dan area perkotaan sekitarnya tidak terlalu panas.
Di Prancis, kekurangan air dan suhu tinggi di beberapa wilayah tertentu menyebabkan terbatasnya penggunaan air. Menurut Isabelle Vandroit, kepala pengembangan berkelanjutan dan lingkungan di L'Aéroports de la Côte d'Azur, Bandara Nice di selatan Prancis selama setahun terakhir telah mengurangi jumlah air industri yang digunakan untuk pembersihan.
Temperatur yang lebih tinggi bahkan memengaruhi hukum fisika yang menjadi dasar penerbangan itu sendiri. Cuaca hangat artinya kepadatan udara berkurang, yang dapat mengurangi daya angkat sayap dan mesin pesawat terbang
Hal ini dapat mengharuskan pesawat menggunakan landasan pacu yang lebih panjang, atau memaksa maskapai mengurangi kursi di pesawat agar bobot berkurang. Pada akhirnya, pendapatan mereka pun berkurang.
Menurut laporan Eurocontrol pada Maret, industri penerbangan semakin terdesak untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim. Padahal, industri masih dalam proses pemulihan perjalanan pasca-pandemi, ditambah dengan memburuknya kondisi cuaca.
Koordinator ruang udara Eropa mendorong bandara dan maskapai untuk beradaptasi, dan lebih tangguh untuk menghindari kerusakan infrastruktur dan operasi di masa depan.
Landasan pacu dapat membesar dan retak ketika terpapar perubahan suhu yang sangat besar yang kini menjadi semakin umum. Terutama ketika awalnya landasan tersebut dirancang untuk menahan rentang suhu yang jauh lebih sempit.
Tahun lalu pada bulan Agustus, semua penerbangan sempat dihentikan sementara di pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Brize Norton karena suhu yang tinggi telah membuat landasan pacu menjadi tidak aman untuk digunakan.
Alex Walton, seorang insinyur sipil senior di perusahaan konstruksi raksasa Arup Group Ltd., mengatakan semakin seringnya cuaca ekstrem terjadi, lebih banyak bandara yang mungkin memilih campuran material yang lebih mahal, yang dapat menahan kondisi panas dan beku.
Beberapa dari ratusan bandara yang bekerja sama dengan Arup memiliki rencana untuk membangun kembali sistem lapangan terbang mereka, atau memilih material baru untuk sistem pendinginan dan ventilasi di terminal. Setelah melambat selama pandemi, kata Walton, lebih banyak bandara sekarang memprioritaskan program desain ulang.
Biaya upgrade yang berhubungan dengan perubahan iklim bergantung pada lokasi dan masalah di setiap bandara. Inspeksi harian dan pemeliharaan landasan pacu setidaknya berjumlah puluhan ribu dola per tahun. Thomas Budd, seorang dosen senior di Cranfield University di Inggris mengatakan biaya tersebut dapat meningkat seiring dengan perubahan iklim.
Perbaikan besar-besaran pada landasan pacu dapat menghabiskan biaya ratusan ribu dolar, dan menyebabkan gangguan besar. Sedangkan pelapisan ulang dapat memakan biaya hingg US$100 juta.
Budd mengatakan sebagian besar bandara di dunia tidak dirancang untuk menangani suhu di atas 50 derajat celcius dan lebih banyak bandara yang berpotensi mengalami kerusakan pada lapisan permukaan dan masalah infrastruktur lain jika perubahan iklim terus berlanjut. Hal ini berpotensi menyebabkan gangguan yang signifikan terhadap perjalanan udara global.
"Perubahan iklim sedang terjadi sekarang sehingga kami tidak memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan ini," kata Budd.
(bbn)