"Batu bara, minyak kelapa sawit, serta besi dan baja menyumbang 33,31% dari total non migas Indonesia pada Agustus 2023," kata Winny.
Ekspor batu bara, lanjut Winny, mengalami penurunan secara bulanan maupun tahunan. Secara bulanan, kontraksinya 11,83% dan secara tahunan mencapai 48,91%.
"Penurunan nilai ekspor batu bara didorong penurunan harga yangg berpengaruh terhadap nilai eksporya. Volume mengalami penurunan 8,24% mtm, tetapi tidak sedalam penuran nilai ekspor yang 11,83% mtm," kata Winny.
Sementara ekspor minyak kelapa sawit masih tumbuh 5,32% secara bulanan. Namun secara tahunan, anjlok 35,23%.
Sedangkan ekspor besi-baja pada Agustus 2023 naik 1,27% secara bulanan. Namun secara tahunan, terjadi koreksi 0,96%.
“Era windfall ternyata telah berlalu. Harga komoditas unggulan ekspor mengalami tren penurunan,” tutur Winny.
Asyik Jual Tanah Air
Adalah komoditas yang membuat bangsa-bangsa Eropa dulu berebut ingin menguasai Nusantara. Sampai saat ini, setelah 78 merdeka, Indonesia masih saja mengandalkan komoditas atau 'menjual tanah air'.
Terlena dengan berdagang komoditas, sektor manufaktur Indonesia mengalami kemunduran. Peranan sektor ini dalam pembentukan Produk Domestik (PDB) kian berkurang.
Bank Dunia mencatat, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB di Indonesia pada 2021 hanya 18%. Ini adalah yang terendah sejak 1989.
Sektor industri manufaktur perlu dipacu karena tidak bisa disangkal bahwa Indonesia mengalami deindustrialisasi. Jika sektor ini sulit tumbuh tinggi, maka ekonomi Indonesia secara keseluruhan juga susah tumbuh tinggi.
“Sebagai sektor terbesar di perekonomian dengan kontribusi hampir seperlima, manufaktur terus tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sejak 2012. Mengindikasikan adanya risiko deindustrialisasi prematur,” tegas riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Pada 2011, lanjut riset LPEM, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB masih 23%. Tahun lalu, angkanya merosot menjadi 21% dan tahun ini lebih rendah lagi.
Tidak hanya terhadap PDB, sektor manufaktur juga berperan besar dalam penciptaan lapangan kerja. Per Februari 2023, sebanyak 15,58% tenaga kerja berkarya di sektor ini, hanya kalah dari sektor perdagangan (18,93%) dan pertanian (29,36%).
“Proporsi tenaga kerja di sektor manufaktur terhadap seluruh tenaga kerja relatif. Statistik ini mengindikasikan adanya penurunan produktivitas di sektor manufaktur, seiring dengan semakin banyaknya porsi tenaga kerja di sektor ini justru menghasilkan porsi produksi yang lebih rendah,” lanjut riset LPEM.
(aji)