Logo Bloomberg Technoz

Pemandangan tak jauh berbeda dalam uji coba LRT oleh Presiden Jokowi pada 10 Agustus 2023 tampak bertabur artis dan selebritas di sekitar Presiden. Sebut saja Cak Lontong, Nazira Bubu, Seridja Hafiedz, Aurellie, Kirana Larasati, Chelsea Islan, Ayu Dewi, Widi AB3, Yuni Shara, Nirina Zubir, Lukman Sardi, Desta dan banyak lainnya.

Tak bisa dipungkiri, para selebritas sekaligus menjadi influencer ramai-ramai mengunggah dan memuji dua moda baru lewat laman media sosial mereka. Mereka juga tak ketinggalan mengabadikan momen dan mengunggah kebanggaan manjajal moda bersama orang nomor satu di negeri ini. 

Dalam hal komunikasi politik, diundangnya para selebritas dan menjadi pusat perhatian pada uji coba dua moda ini tak mengejutkan. Pasalnya, selama memerintah, kekuatan media sosial termasuk yang diandalkan rezim Jokowi. Hal itu dipaparkan oleh pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Gazali.

"Pemerintahan Jokowi kan memang modal utamanya dukungan medsos. Jadi lazim bekerja dengan influencer dan selebritas medsos. Memang lazim pula kalau orang berpikir hal-hal seperti itu 'kosmetik' (kebijakan kosmetik) kalau saya masih berpikir ada 2 hal lain," kata Effendi saat dihubungi pada Jumat pagi (15/9/2023).

Rangkaian kereta LRT Jabodebek di Depo LRT Jabodebek, Bekasi. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Dua hal lain tersebut kata Effendi yakni pertama, pemerintahan Jokowi ingin meyakinkan bahwa naik kendaraan publik itu aman. Yang kedua, Jokowi ingin meyakinkan publik bahwa uang yang dipakai triliunan rupiah memang menghasilkan sesuatu yang baik, modern, membanggakan.

Memang kata dia, Presiden Jokowi agak berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya yang cenderung tak banyak aktif pada tahun terakhir tanpa embel-embel petahana. Dua "jurus" kata dia terus digencarkan Presiden Jokowi untuk memastikan masih bisa memiliki pengaruh bahkan hingga tak menjabat nanti. Ada dua model yang dilakukan Jokowi yakni memberi pengaruh ke elite -misal para selebritas- dan pengaruh kepada rakyat kebanyakan misalnya dengan terus mengguyur bansos yang tampak dalam setiap kunjungan kerjanya.

"Justru Jokowi amat banyak bagi-bagi sembako dan amplop. Ini tidak biasa bagi presiden petahana yang tinggal 1 tahun lagi masa jabatannya. Jadi Pak Jokowi main di 2 ranah ke bawah bagi-bagi sembako dan amplop, ke atas ajak selebritas dan influencer naik kereta api cepat, LRT," lanjut dia.

Dia mengakui bahwa mungkin para selebritas memang bukan pengguna yang jadi segmen LRT maupun kereta cepat. LRT akan banyak digunakan para pekerja dan kereta cepat bisa pengusaha atau pebisnis. Namun bukan representasi mereka yang digunakan rezim melainkan karena viralitas di media sosial menjadi hal penting. 

"Gagasan bagus ini harus banyak ditulis media. Kalau cuma satu atau beberapa media maka berlaku prinsip no viral, no ideas no real," kata Effendi soal ditanya tak esensialnya memasang para artis di peluncuran moda transportasi.

Sementara pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai bahwa keterlibatan para selebritas saat menjajal LRT dan KCJB ibarat tak relevan. Kalangan tersebut jelas bukanlah penggunanya. Belum lagi menurut dia, sebenarnya masih banyak kekurangan di pembangunan dua moda ini. Namun "memasang" para artis bisa menjadi kamuflase.

"Padahal saya sudah banyak ingatkan karena banyak masalah dan untuk kamuflase itu bawa artis untuk pencitraan. Enggak mungkin mereka menggunakan kendaraan umum, apalagi banyak masalah ya mereka kan aktivitasnya sibuk dan banyak pasti memilih kendaraan pribadilah," kata Agus lewat sambungan telepon pada Kamis (14/9/2023).

Menurut dia, memang saat ini dua moda itu dibutuhkan namun secara rute konektivitas masih bermasalah. Belum lagi harga LRT jika sudah tak disubsidi bisa cenderung mahal nantinya sekitar Rp25 ribu untuk rute jauh. Sementara kereta cepat juga tak langsung bisa mudah menjangkau pusat kota.

"Tapi kan konektivitasnya susah, harus nyambung ke sana ke sini," kata dia soal konektivitas yang belum ideal.

Merujuk pada moda-moda sejenis di luar negeri dan negara yang lebih maju, tak juga kata dia menggunakan selebritas sebagai pencitraan. Moda itu untuk kebutuhan massal dan bukan selebritas yang menjadi targetnya. 

"Kalau di negara lain enggak ada tuh pakai artis-artis. Kan mereka juga yang berdasi menggunakan kendaraan umum karena konektivitas gampang ke mana mana terkoneksi. Sekelas perdana menteri kalau di negara lain juga naik kendaraan umum," tutup Agus yang juga pendiri PH&H Public Policy Interest Group ini.

(ezr)

No more pages