Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$3,12 miliar. Ini menjadikan pencapaian surplus selama 40 bulan berturut-turut. Kali terakhir Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan adalah pada April 2020 silam.
Data perdagangan menunjukkan nilai perdagangan mencapai Rp8,94 triliun dari sejumlah 30,48 miliar saham yang ditransaksikan.
Tercatat ada penguatan 223 saham dan sebanyak 280 saham terjadi pelemahan. Sedangkan 223 saham stagnan. Sementara kurs rupiah terpantau melemah 0,07% ke posisi Rp15.365/US$.
Sektoral saham barang baku dan saham energi menjadi pendukung utama penguatan IHSG dengan kenaikan 1,37% dan 0,27%, disusul oleh menguatnya saham teknologi sebesar 0,2%. Sedangkan, sektoral saham kesehatan mengalami koreksi 0,74%.
Sejumlah saham-saham barang baku yang menjadi pendorong kenaikan IHSG adalah, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang melesat 14,6%, dan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang naik 6,64%, dan saham PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) yang menguat 5,18%.
Adapun kinerja bursa di Asia siang hari ini bergerak menguat. Indeks Hang Seng Hong Kong meroket 1,66%, indeks Kospi menguat 1,35%, indeks Nikkei 225 melesat naik 1,22%, indeks Strait Times Singapore menguat 0,98% dan indeks Shanghai Composite terapresiasi 0,28%.
(fad/aji)