Logo Bloomberg Technoz

Meski terjadi kenaikan, laju inflasi tersebut pada Agustus secara umum semakin melambat setelah sempat mencapai puncaknya di 9,0% yoy pada 2022.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data memperlihatkan kenaikan moderat pada inflasi Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) di AS pada Agustus telah memperkuat ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mempertahankan suku bunga acuan bulan ini.

“Pelaku pasar pada umumnya masih berharap Federal Reserve menahan kenaikan suku bunga, terlihat dari 97% peluang bahwa suku bunga akan dipertahankan di kisaran target 5,25% - 5,50%,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Dengan harapan tersebut, indeks saham di Asia pada perdagangan Kamis (14/9), mayoritas ditutup naik, investor menyadari bahwa kenaikan tipis pada data inflasi AS tidak akan mendorong The Fed menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

Selanjutnya, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) secara mengejutkan menaikkan bunga Deposit Facility Rate sebesar 25 bps menjadi 4%. ECB Main Refinancing Rate juga dinaikkan 25 bps menjadi 4,5% dan ECB Marginal Lending Facility naik menjadi 4,75%.

ECB melihat tingkat bunga acuan saat ini sudah memadai di level restriktif. Adapun dalam pengumuman hasil rapat, ECB menyebut inflasi di Zona Euro akan perlahan melandai ke kisaran 2,1% pada 2025. 

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Agustus 2023. Adapun kinerja ekspor Indonesia diperkirakan makin terkontraksi, serta kinerja impor juga kemungkinan turun sehingga neraca perdagangan bisa terjaga surplus.

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan angka median kontraksi (Pertumbuhan Negatif) 22,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) untuk proyeksi ekspor. Sementara angka median untuk proyeksi pertumbuhan impor adalah -9% yoy. 

Selanjutnya, konsensus Bloomberg untuk proyeksi Neraca Perdagangan RI menghasilkan angka median surplus U$ 1,5 miliar. Lebih tinggi dibandingkan surplus bulan sebelumnya yang US$ 1,31 miliar.

Jika sesuai konsensus, maka Neraca Perdagangan Indonesia akan membukukan surplus selama 40 bulan berturut-turut.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,34% ke 6.959 disertai dengan peningkatan volume pembelian.

“Pergerakan IHSG pun masih mampu berada di atas MA-20 dan telah mengenai area penguatan terdekat yang kami berikan. Selama IHSG masih mampu berada di atas 6.900 sebagai support terdekatnya, maka IHSG masih berpeluang menguat ke rentang area 6.974-6.995,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (15/9/2023).

Herditya juga memberikan catatan, dapat dicermati apabila IHSG break 6.900, maka IHSG terkonfirmasi membentuk wave c dari wave (ii) ke rentang area 6,737-6.846.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BRIS, BRPT, MEDC dan PGEO.

Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi menguat, dengan terjadi rebound lanjutan pada perdagangan Jumat hari ini.

“IHSG berpotensi lanjutkan rebound ke kisaran 6.980 di Jumat (15/9). Secara teknikal, bersamaan dengan penguatan Kamis (14/9) IHSG membentuk pola morning star doji dan kembali ke atas MA-20 dengan Stochastic RSI berada pada oversold area,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan sejumlah saham diantaranya BBCA, BBRI, PGEO, ADRO, ITMG, INDY, BRMS dan AUTO.

(fad)

No more pages