Di tengah momok inflasi tinggi dan masih adanya ketidakpastian risiko ekonomi global, apa pilihan investasi yang bisa memberi imbal hasil di atas inflasi tapi risikonya juga rendah? Anda bisa menimbang berinvestasi di obligasi negara seperti Saving Bond Ritel (SBR).
Ini adalah pilihan tepat bagi Anda yang berprofil risiko konservatif akan tetapi membutuhkan imbal hasil yang cukup baik, minimal bisa melampaui inflasi cukup banyak.
Dalam waktu dekat, pemerintah akan merilis SBR seri 012 yaitu pada 19 Januari 2023. Pemerintah akan merilis SBR012 dalam dua cabang atau tranches yaitu T2 atau yang bertenor dua tahun, dan T4 atau bertenor empat tahun. Perbedaan tenor ini akan mempengaruhi besar kupon yang ditawarkan. SBR 012 T4 kemungkinan akan memberikan kupon imbal hasil lebih tinggi dibandingkan T2 yang tenornya lebih singkat. Dengan tenor investasi di bawah 5 tahun, SBR hanya cocok bagi tujuan keuangan jangka pendek menengah. Bukan untuk investasi jangka panjang.
Anda dapat berinvestasi di SBR mulai dengan nominal Rp 1 juta hingga maksimal Rp 5 miliar untuk setiap pemilik SID (Single Investor Identification) untuk SBR012 bertenor 2 tahun. Adapun untuk SBR012 bertenor 4 tahun, maksimal investasi sebesar Rp 10 miliar per SID. Pemerintah juga akan membolehkan para pemodal yang ingin sekaligus membeli kedua cabang seri SBR tersebut dengan maksimal nilai investasi sebesar Rp 15 miliar.
SBR ini memberikan kupon mengambang dengan kupon minimal (floating with the floor) dan mengacu pada suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate, yang akan dievaluasi setiap 3 bulan. Sebagai gambaran SBR011 yang dirilis tahun lalu memberikan kupon minimal 5,5% dan ketika terjadi kenaikan bunga acuan beberapa waktu lalu, negara selaku debitur menaikkan lagi kuponnya menjadi 7,25% yang berlaku selama 3 bulan.
Fitur tersebut jelas menguntungkan di tengah lonjakan inflasi, sedangkan dari sisi risiko SBR terbilang minimalis karena penerbitnya adalah negara. SBR juga memiliki fitur early redemption atau pencairan investasi sebelum jatuh tempo, maksimal sebesar 50% dari nilai dana yang diinvestasikan. Bedanya dengan Obligasi Ritel alias ORI, produk investasi ini tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Jadi, hold to maturity menjadi satu-satunya pilihan bagi pemodal.
Bagaimana simulasi investasi di SBR?
Mari mengambil contoh SBR011 yang memberikan imbal hasil 7,5%. Anggaplah Anda berinvestasi sebesar Rp 100 juta. Dengan kupon 7,25%, berarti Anda mendapatkan pendapatan kupon per tahun sebesar Rp 7,25 juta. Berarti per bulan, kupon yang Anda terima adalah sebesar Rp 604,17 ribu. Setelah dipotong pajak, maka pendapatan bersih yang Anda terima dari investasi SBR011 adalah sebesar Rp 543.750 per bulan. Itulah pendapatan pasif Anda dari berinvestasi di obligasi negara ritel.
Selain SBR012 yang akan mulai dibuka masa penawarannya pekan ini, Anda bisa juga menunggu rilis penawaran obligasi negara jenis lain. Berikut ini jadwal penawaran obligasi ritel yang perlu Anda catat:
-
Sukuk Ritel seri SR 018, masa penawaran mulai 3 Maret-29 Maret 2023
-
Sukuk Tabungan seri ST 010, masa penawaran mulai 12 Mei-31 Mei 2023
-
Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) atau Sukuk Wakaf Ritel seri SWR 004, masa penawaran 5 Mei hingga 22 Juni 2023
-
Obligasi Ritel Indonesia seri ORI 023, masa penawaran mulai 26 Juni-20 Juli 2023
-
Sukuk Ritel seri SR 019, penawaran mulai 18 Agustus-13 September 2023
-
Obligasi Ritel Indonesia seri ORI 024, masa penawaran 9 Oktober-2 November 2023
-
Sukuk Tabungan seri ST 011, masa penawaran 3 November-29 November 2023
(rui/aji)