Sesuai regulasi, kata Harris, negosiasi akuisisi aset panas bumi dilakukan secara business to business (B2B). “PGE kan perusahaan panas bumi dia lihat ada wilayah PT Sorik Marapi Geothermal Power [SMGP] yang ditawarkan kepada badan usaha yang minat. Nah, PGE lihat itu ada potensi mengembangkan usaha di saya, ya dibeli,” jelasnya.
Terkait dengan rekam jejak kecelakaan kerja di PLTP Sorik Marapi pada 2021, yang diduga terjadi akibat maloperasi pengembang pembangkit tersebut, Harris mengatakan hal itu tidak berpengaruh terhadap rencana PGE.
Menewaskan 5 orang, kecelakaan tersebut ditengarai terjadi akibat pembukaan sumur dan uap air yang masih mengandung hidrogen sulfida (H2S). Menurut Harris, gas berbahaya tersebut langsung dirilis dan tidak dimitigasi tersebut.
“Ada istilahnya di-bleeding, jadi dikeluarkan perlahan kemudian dilewatkan di SO4 untuk menetralisir itu, sehingga nanti H2S-nya menjadi 0. Itu yang tidak dilakukan. Pascakecelakaan, ketentuan mengenai itu sudah kita [tetapkan]. Pemerintah melakukan investigasi dan mengatakan itu suatu kesalahan yang harus diperbaiki dan sudah mereka perbaiki,” jelasnya.
Lebih lanjut, Harris menyebut potensi panas bumi di Sorik Marapi mencapai 240 megawatt (MW) dan sudah terpasang dengan kapasitas operasi 140 MW.
Sebelumnya, berbagai kabar menyebut PGEO sedang dalam negosiasi tahap lanjut untuk membeli salah satu PLTP Sorik Marapi milik KS Orka. Kesepakatan itu juga kabarnya ditargetkan rampung akhir tahun ini.
Menurut para sumber anonim yang mengeklaim mengetahui isu tersebut, KS Orka diketahui menunjuk Bank DBS awal tahun ini untuk menjajaki peluang menjual pembangkit Sorik Marapi, yang berlokasi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara dengan kapasitas 240 MW.
Namun, saat dimintai konfirmasi, perwakilan PGEO membantah rumor tersebut.
Manager Corporate Communication & Stakeholder Management Pertamina Geothermal Energy Muhammad Taufik mengatakan sampai saat tidak tidak ada kesepakatan antara perseroan dengan PT Sorik Marapi Geothermal Power.
“Terkait dengan informasi dan pemberitaan akuisisi PT Sorik Marapi Geothermal Power oleh Pertamina Geothermal Energy Tbk., sampai saat ini kami belum ada informasi mengenai hal tersebut. Terima kasih,” ujarnya saat dimintai konfirmasi oleh Bloomberg Technoz, Sabtu (9/9/20023).
Belum lama ini, PGEO sendiri menyatakan tengah mengincar aset panas bumi di Kenya. Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi mengatakan, ekspansi tersebut akan dilakukan melalui sejumlah tahapan.
"Sebagai tahap awal, kami akan menjajaki pengembangan bisnis di Kenya, Benua Afrika," ujarnya dalam keterbukaan informasi, Jumat (18/8/2023).
Kenya dipilih karena pertumbuhan negara ini relatif stabil. Faktor keamanan yang terus membaik juga menjadi pertimbangan utama anak usaha Pertamina itu menyasar Kenya.
Pada saat yang bersamaan, Kenya tengah berambisi untuk menjadikan panas bumi sebagai sumber energi bersih terbesar di negaranya pada 2030.
"Pemerintah Kenya juga memiliki kebijakan untuk meningkatkan jumlah tenaga panas bumi secara signifikan karena bersifat alami, mampu memenuhi beban listrik dasar, ramah lingkungan, dan hemat biaya," terang Julfi
Meski mulai melirik pasar luar negeri, PGEO tidak meninggalkan rencana pengembangan di pasar domestik. Julfi menyebut perseroan masih tetap fokus dalam memaksimalkan potensi panas bumi di dalam negeri.
"Kami akan tetap memenuhi komitmen kami menjadi 1 GW company dalam dua tahun mendatang," kata Julfi.
(ibn/wdh)