Gou dan Lai menghadapi tantangan besar untuk menduduki kursi kepresidenan dalam pemilihan bulan Januari mendatang. Gou secara konsisten berada di peringkat terakhir di antara empat kandidat yang telah diumumkan. Menurut survei yang dirilis oleh stasiun TVBS awal bulan ini, wakil Presiden dan kandidat Partai Progresif Demokrat yang berkuasa, Lai Ching-te, yang tidak memiliki hubungan dengan Lai Pei-hsia, saat ini memimpin dengan dukungan sekitar 30%.
Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan menduduki peringkat kedua dengan 23%, dan Hou Yu-ih dari Partai Kuomintang mendapatkan 19%. Gou menghuni posisi terakhir dengan tingkat dukungan sebesar 14%.
Dalam pidato yang penuh air mata, Lai memaparkan kualifikasinya sebagai calon wakil presiden. Dia membanggakan kemampuannya sebagai seorang komunikator. Selain berkarier menjadi penyanyi dan aktris, dia telah menghabiskan sebagian besar dari 30 tahun terakhirnya untuk mempelajari psikologi. Selama itu, dia telah menulis sejumlah buku tentang hubungan dan komunikasi.
"Sebelum September, saya tidak mengerti banyak tentang politik Taiwan," kata Lai pada Kamis. "Saya hanya membaca berita utama, tetapi saya tidak terbiasa dengan cara media berkomunikasi. Sehingga saya tidak terlalu memperhatikan tren politik Taiwan, sampai Ketua Gou mengundang saya untuk menjadi pasangannya dalam pemilu presiden."
Gou, yang memiliki aspirasi memperbaiki hubungan dengan China, mengaku bahwa dia dan Lai adalah pendatang baru di dunia politik. Namun, dia menegaskan hal tersebut merupakan kekuatan dari kampanyenya, bukan kelemahan.
"Kami berdua adalah politisi pemula," katanya. "Tetapi publik mengatakan kepada saya bahwa mereka punya keraguan terhadap politisi saat ini, seperti halnya terjadi di negara-negara lain."
(bbn)