Pemanasan global membuat siklon tropis, yang juga disebut badai atau topan, menjadi lebih intens. Meskipun hal ini tidak sering terjadi. Air yang lebih hangat dan udara yang lebih lembab, yang juga hasil dari pemanasan global, menjadi bahan bakar tambahan bagi siklon tropis dan badai lainnya.
2. Seberapa yakin keterkaitannya?
Sebagian besar peristiwa cuaca ekstrem yang telah ditinjau oleh para peneliti sejak tahun 2011, yaitu sekitar 70%, telah terbukti menjadi lebih mungkin terjadi atau menjadi lebih parah karena pemanasan global. Hal ini berdasarkan data yang dipantau oleh CarbonBrief.org, sebuah lembaga nirlaba berbasis di Inggris yang mengkaji perkembangan dalam ilmu iklim.
3. Apa hubungannya dengan cuaca dingin?
Perubahan iklim telah membuat musim dingin menjadi lebih singkat, dan badai salju serta cuaca dingin yang ekstrem menjadi lebih jarang terjadi. Kutub bumi memanas lebih cepat dari tempat lain, dengan Kutub Utara memanas dua kali lebih cepat dari bagian lain bumi selama 30 tahun terakhir.
Hal ini telah menyebabkan penurunan kontras antara panas di katulistiwa dan dinginnya Kutub Utara, yang mana memiliki konsekuensi. Cuaca dingin esktrem yang melumpuhkan jaringan listrik di Texas pada Februari 2021, sebagai contohnya, merupakan akibat dari polar vortex, yaitu aliran angin yang biasanya menjaga udara dingin terkurung di Arktik, melengkung dan melepaskan udara dingin ke sebagian besar wilayah AS.
4. Apa saja contoh cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini?
Pada pertengahan September, setidaknya 5.000 orang tewas di Libya akibat Badai Daniel. Musim Juni-Juli-Agustus merupakan musim terpanas yang pernah tercatat secara global.
Musim panas menyebabkan kebakaran hutan parah di Yunani dan negara-negara tetangga, termasuk kebakaran hutan paling dahsyat yang pernah terjadi di Uni Eropa. Kebakaran hutan di pulau Hawaii Maui menewaskan setidaknya 115 orang.
Pada bulan Juli, setidaknya 100 orang meninggal di India akibat banjir musim hujan, sebulan setelah gelombang panas menewaskan hampir 200 orang. Pada bulan Mei, Topan Mocha menewaskan setidaknya 145 orang di Myanmar. Freddy, salah satu siklon tropis yang paling lama berlangsung dalam sejarah, menewaskan lebih dari 1.000 orang di Afrika tenggara pada awal tahun 2023.
5. Ke mana arahnya?
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) suhu dunia telah meningkat lebih dari 1,1 derajat celcius sejak pertengahan abad ke-19. Dengan laju saat ini, kenaikan tersebut akan mencapai 1,5 derajat pada tahun 2030-an. Menurut pandangan para ilmuwan iklim, tingkat tersebut merupakan tingkat pemanasan global yang paling berbahaya.
Dari sana, intensitas cuaca ekstrem meningkat secara eksponensial. Menurut IPCC meningkat dua kali lipat jika pemanasan global mencapai 2 derajat, dan empat kali lipat pada 3 derajat.
6. Apa dampaknya?
Lebih dari 5 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya secara global karena suhu yang berlebihan. Menurut sebuah penelitian di Lancet Planetary Health, kematian yang khususnya terkait dengan panas semakin meningkat.
Selain mengubah kondisi hidup secara mendasar, perubahan iklim juga mempengaruhi banya perhitungan keuangan. Karena sebagian besar perekonomian global termasuk pertanian, perjalanan, dan asuransi, menghadapi risiko yang terkait dengan cuaca. Perusahaan asuransi mengalami kerugian sebesar US$89 miliar akibat bencana pada tahun 2020, yang menurut Swiss Re. tahun kelima paling mahal bagi industri ini dalam data lima dekade terakhir.
Sebagian besar dari kerugian tersebut disebabkan oleh bencana alam, termasuk badai Laura dan Sally. Diperkirakan bahwa perubahan iklim menamba US$4 miliar kerusakan yang disebabkan oleh Topan Hagibis di Jepang pada Oktober 2019. Kenaikan permukaan laut membuat Badai Sandy, yang melanda AS pada tahun 2012, menyebabkan kerugian sebesar US$8 miliar.
(bbn)