"Domestik kita hanya 44%. E-comerce kita, kalau tidak segera mengatur ekonomi digital ini ini bisa jadi ancaman bagi ekonomi domestik. Jadi transformasi digital ini bisa membunuh ekonomi lama," tegas Teten.
Terkait dengan gempuran produk impor murah, Teten menegaskan kondisi saat ini banyak UMKM yang gagal bersaing di media sosial lantaran sudah tidak bisa bersaing dengan produk Cina yang dijual dengan harga tidak masuk akal.
"Kami menyebutnya bukan dumping lagi tapi predatory pricing," ujar Teten.
"Produsen teriak semua, asoasiasi konveksi lokal menjerit, kita harus pandai mengatur transformasi digital itu seperti di Cina. Harus lahir ekonomi baru tapi tidak membunuh yang lama," tegasnya.
Usai rapat tersebut, Teten menyebut pemerintah saat ini menyiapkan satuan tugas (satgas) transformasi digital. Satgas tersebut dipimpin oleh menteri sekretaris negara (mensesneg).
Teten mengungkapkan, dalam pembahasan satgas tersebut nantinya akan ada enam pilar yang diatur dalam transfromasi digital. Ekonomi digital, kata Teten, tidak hanya e-commerce saja di antaranya ada sektor keuangan, media, logistik, dan infrastruktur.
“Jadi kami mau atur national policy. Dan benchmark yang mau kami pakai selain China ya Singapura yang sudah bagus. Intinya Indonesia belum punya aturan nasional mengenai digital ekonomi, yang ada hanya peraturan perdagangan. Tapi kami sudah sepakat dengan Kemendag sebentar lagi akan keluar,” ucapnya.
(ain)