"Nanti diimbrengkan sama pemerintah, yang milik kami, dimbrengkan ke HK. Jadi artinya ke depan lebih available. Mudah-mudahan tahun depan lah," kata Kartika di Jakarta, Senin (14/8/2023).
Utang Berkurang
HK telah menekan jumlah utang dari sebelumnya Rp44,28 triliun menjadi Rp30 triliun. Utang ini berasal dari pinjaman untuk mengerjakan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Direktur Utama HK Budi Harto mengatakan, penurunan utang sebesar Rp14,2 triliun itu merupakan imbas divestasi penjualan atau divestasi tol ke Indonesia Investment Autgority. Divestasi dilakukan untuk ruas Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar.
Nilai divestasi sejatinya mencapai Rp20 triliun. Namun, HK baru menerima Rp15 triliun, sedang sisanya akan dibayarkan tahun depan.
"Uang dari hasil penjualan tol kami gunakan untuk melunasi utang untuk proyek tol Medan-Binjai senilai Rp361 miliar dan Bakauheni-Terbanggi senilai Rp7,85 triliun," jelas Budi.
HK juga telah mengurangi utang pada ruas tol Palembang-Indralaya dari Rp 1,04 triliun menjadi Rp 958 miliar. Kemudian, untuk pinjaman monetisasi akses Tanjung Priok dari awalnya Rp 3,46 triliun menjadi Rp 2 triliun. Terakhir, utang untuk ruas tol Pekanbaru-Dumai senilai Rp 7,76 triliun menjadi Rp 1,5 triliun.
"Kami selesaikan dulu untuk ruas yang kami lepas, Medan-Binjai misalnya dari Rp 361 miliar jadi 0," ujar Budi Harto.
Sehingga, sisa utang yang tidak berkurang adalah utang obligasi, utang tuas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, global medium term note, dan pinjaman bridging. Alhasil, utang yang tersisa sebesar Rp30 triliun.
Sisa itu akan diselesaikan dengan beberapa cara. Pertama, HK akan menggunakan sisa pembayaran Rp 5 triliun dari hasil divestasi Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar untuk membayar utang.
Kedua, HK juga berencana melakukan satu lagi menjual tol Trans Sumatera ke INA. Tepatnya jalan tol Terbanggi Besar-Kayu Agung dengan nilai Rp 15 triliun. Jika terealisasi sepenuhnya, HK punya uang Rp 20 triliun untuk membayar kewajiban senilai Rp30 triliun itu, sehinggaaka utang akan bersisa Rp 10 triliun.
"Jadi kami punya dana untuk selesaikan utang Rp30 triliun sisanya tadi dengan Rp20 triliun itu," ungkap Budi Harto.
Terakhir, sisa utang Rp10 triliun tadi akan dikelola pembiayaannya melalui pendapatan usaha. "Sisa Rp10 triliun akan kami kelola dengan pendapatan yang ada," pungkasnya.
(mfd/dhf)