Adapun perhitungan secara bulanan, inflasi inti AS pada Agustus naik 0,3% lebih tinggi dibandingkan perkiraan pelaku pasar sebesar 0,2%.
Phintraco Sekuritas dalam risetnya menyebut, dari eksternal, outlook ekonomi di Eropa masih mengkhawatirkan setelah realisasi pertumbuhan PDB Inggris hanya 0% yoy pada Juli, melemah dari 0,9% yoy di bulan sebelumnya. Kondisi ini diyakini menekan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) untuk menahan suku bunga acuan di pertemuan 14 September 2023.
“The Fed juga diyakini menahan suku bunga acuan dalam FOMC 19–20 September 2023. Dengan begitu, RDG BI juga diyakini kembali menahan suku bunga acuan di 5,75% pada 20-21 September 2023,” tulis Phintraco.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pasar swap terkait dua pertemuan FOMC berikutnya hanya mencerminkan sedikit kemungkinan kenaikan suku bunga pada minggu depan, sementara sekitar 50% kemungkinan kenaikan suku bunga pada November.
"Sementara pasar percaya bahwa Federal Reserve telah selesai dengan siklus kenaikan suku bunganya, kemungkinan kenaikan suku bunga ke depannya tidak dapat diabaikan," kata Janet Mui, Kepala Analis Pasar di Fund Manager RBC Brewin Dolphin di London.
"Yang lebih penting, rilis data terbaru menunjukkan suku bunga akan tetap tinggi untuk beberapa waktu,” ujar Brewin.
Dari regional, tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data Producer Price Index (PPI) Jepang memperlihatkan bahwa inflasi di kalangan produsen naik 3,2% yoy pada Agustus, terendah sejak Maret 2021 dan melambat dari laju kenaikan 3,4% yoy pada bulan sebelumnya.
Ini menandakan perlambatan pada laju PPI selama delapan bulan berturut-turut di tengah meredanya tekanan harga komoditas bahan mentah.
Kemudian, tingkat Pengangguran di Korea Selatan turun menjadi 2,4% pada Agustus, terendah sejak Juni 1999 dari sebelumnya 2,8% pada Juli.
Penambahan pekerjaan Korea Selatan rebound pada Agustus setelah melambat selama empat bulan berturut-turut. Jumlah orang yang dipekerjakan mencapai 28,67 juta pada Agustus, naik 268.000 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Investor mencerna rilis data ekonomi dari Jepang dan Korea Selatan serta mengantisipasi rilis data inflasi (CPI) AS nanti malam,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat tipis ke 6.935 disertai dengan munculnya volume pembelian, penutupan IHSG pun persis berada di MA-20.
“Selama IHSG masih mampu berada di atas 6.900 sebagai support terdekatnya, maka IHSG masih berpeluang menguat ke rentang area 6.950-6.974 kembali," papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (14/9/2023).
Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG break 6.900, maka IHSG terkonfirmasi membentuk wave c dari wave (ii) ke rentang area 6.737-6.846.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, INDF, MDKA, SRTG dan UNTR.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi terjadi technical rebound di Kamis (14/9)
“IHSG tiga kali uji critical level 6.900 dan ketiganya terbentuk lower shadow panjang. Kondisi ini mengindikasikan adanya strong support di 6.900. Mempertimbangkan kondisi oversold pada Stochastic RSI, IHSG berpeluang technical rebound ke kisaran 6.930-6.950 di Kamis (14/9),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan sejumlah saham dengan mencermati potensi rebound pada BBCA, BMRI, BBRI dan BBNI. Potensi bullish continuation pada MTEL dan PRDA.
(fad)