Hati-hati Utang Luar Negeri, Bom Waktu yang Bisa Picu Krisis
Hidayat Setiaji
16 January 2023 13:32
Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Dunia menyoroti risiko krisis utang, terutama di negara-negara miskin. Tingginya harga komoditas dan instabilitas di pasar keuangan memang membuat beban utang melonjak.
Dalam laporan International Debt Report 2022, Bank Dunia menggarisbawahi risiko utang di negara-negara miskin hingga berpendapatan menengah. Pada akhir 2021, Utang Luar Negeri (ULN) negara-negara kelompok ini bernilai total US$ 9 triliun, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan 10 tahun lalu.
Kurs referensi Bank Indonesia (BI) yaitu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor pada 13 Januari 2023 berada di posisi Rp 15.177. Jadi US$ 9 triliun sama dengan Rp 136.593 triliun.
“Kenaikan suku bunga dan perlambatan ekonomi global merupakan risiko tertinggi yang bisa menyebabkan banyak negara masuk ke jeratan krisis utang. Sekitar 60% negara termiskin sudah berada di risiko tinggi,” sebut laporan Bank Dunia.
Pada akhir 2021, negara-negara miskin yang berhak mengakses pinjaman International Development Association (IDA) Bank Dunia harus membayar bunga utang luar negeri jangka panjang senilai US$ 46,2 miliar atau Rp 701,18 triliun. Angka ini setara dengan 10,3% dari penerimaan ekspor barang dan jasa serta 1,8% dari pendapatan nasional bruto (Gross National Income/GNI).