"Para pekerja diharapkan untuk menyaring jawaban chatbot yang berbahaya, tetapi mereka mungkin hanya memiliki sedikit waktu untuk menilai keamanan jawaban,” tambah merek yang ditujukan kepada perusahaan.
“Pekerja bidang data sering kali hanya diberi sedikit pelatihan atau pengawasan, yang dapat menyebabkan terjadinya bias.”
Para anggota parlemen meminta para eksekutif di perusahaan untuk menjawab pertanyaan ekstensif tentang karyawan bidang data mereka. Termasuk tentang jam mereka beristirahat, mengajukan banding atas penangguhan, atau mengakses sumber daya kesehatan mental ketika menghadapi konten yang menimbulkan trauma.
“Perusahaan teknologi tidak boleh membangun AI di belakang pekerja yang dieksploitasi,” tulis anggota Partai Demokrat, termasuk Senator Massachusetts dan mantan kandidat presiden Elizabeth Warren.
Selain perusahaan teknologi terkemuka, terdapat pula penerima surat lain yang berfokus pada AI seperti OpenAI Inc, Inflection AI, Scale AI Inc, dan Anthropic.
Untuk mengembangkan produk AI, perusahaan-perusahaan AS sangat bergantung pada staf subkontrak. Mereka bisa berasal dari dalam ataupun luar negeri. Para karyawan ini juga bersifat outsource dari rekanan perusahaan. Pekerja ini sering kali tidak mendapat tunjangan, seperti halnya karyawan tetap.
Namun banyak perusahaan mengandalkan pekerjaan semacam itu untuk tugas-tugas seperti moderasi konten dan jaminan kualitas produk.
Untuk alat AI generatif, yang menghasilkan jawaban atas permintaan teks dalam bentuk teks, foto, atau bahkan video, ribuan pekerja kontrak dipekerjakan untuk melatih, memperbaiki, dan meningkatkan algoritma — yang menjadi konsumsi pelanggan saat ini dan dianggap sebagai keajaiban teknologi.
Pekerjaan ini sering kali tidak terlihat secara umum dan diharga rendah. Bahkan pekerja mengatakan bahwa mereka stres dan terlalu banyak tekanan kerja.
Dalam beberapa kasus, para pekerja melaporkan trauma karena melihat gambar-gambar yang mengganggu. OpenAI membayar pekerja di Kenya kurang dari US$2 per jam untuk menjaga agar konten semacam itu tidak masuk ke ChatGPT, seperti dilaporkan Time melaporkan Januari lalu.
Sementara Bard, milik Google yang juga rival ChatGPT juga mengandalkan tenaga kerja manusia dan mereka hanya diberi sedikit pelatihan, beban kerja yang tinggi, dan bayaran yang buruk, seperti dilaporkan Bloomberg.
Surat anggota parlemen tersebut muncul ketika para eksekutif termasuk para pemimpin Tesla Inc, Meta, Microsoft, dan Alphabet dijadwalkan bertemu dengan para senator Rabu sore pada pertemuan tertutup yang diselenggarakan oleh Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer. Schumer tidak termasuk di antara kelompok yang menandatangani dokumen tersebut.
“Para moguls teknologi ini membayar pekerja dengan gaji rendah, gagal memberikan perlindungan dan tunjangan dasar kepada pekerja, dan membuat pekerja berada dalam jaringan pengawasan yang luas untuk menopang bisnis mereka," kata Markey dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email.
“Ketika mereka datang ke Capitol untuk menggembar-gemborkan inovasi dan keunggulan [atas teknologi] mereka, saya ingin mendengar jawaban mereka atas praktik-praktik perburuhan yang menjijikkan ini.”
(bbn)