Imbal hasil obligasi Australia dan Selandia Baru melonjak pada awal perdagangan Asia, setelah aksi jual obligasi pemerintah AS yang membuat imbal hasil obligasi 10 tahunan pemerintah naik 7 basis poin (bps) pada Jumat pekan lalu.
Para ekonom memprediksi data inflasi AS pada Selasa besok akan menunjukkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang melandai menjadi 6,2%. Angka ini menjadi acuan terendah sejak September 2021. Data ini akan memberikan arah yang sangat dibutuhkan bagi Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk menetapkan suku bunga.
"Laporan IHK selanjutnya menjadikan pasar akan bernapas lega, atau terjadi keragu-raguan risiko akan meningkat," tutur Eric Robertsen, kepala riset global dan strategis utama Standard Chartered Plc.
Lanjutnya, "Semakin FOMC terpaksa untuk memperpanjang siklus kenaikan suku bunga dan menunda pemotongan suku bunga, semakin besar juga kemungkinan AS akan mengalami hard landing, yang membutuhkan pemotongan suku bunga yang lebih agresif nantinya."
Presiden The Fed Philadelphia, Patrick Harker, mengumumkan harapan untuk kenaikan suku bunga di atas 5%. Hal ini dipicu komentar serentak pejabat The Fed pada minggu lalu, termasuk prediksi dari Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, bahwa tingkat suku bunga akan mencapai 5,4%.
Sementara itu, para pelaku pasar akan mencermati perkembangan aksi geopolitik setelah Pentagon menembak jatuh objek yang tidak dikenal yang terdeteksi di atas Michigan. Ini adalah kali keempat dalam delapan hari balon udara atau pesawat yang terbang tinggi ditembak jatuh di AS atau Kanada.
Data komoditas, harga minyak naik ke level dua minggu tertinggi usai Rusia mengatakan bahwa terdapat rencana untuk memangkas produksi minyak mereka sebesar 500.000 barel per hari bulan depan. Dikutip dari Bloomberg News, ini merupakan aksi lanjutan dari ancaman balasan terhadap sanksi energi yang telah diterbitkan sebelumnya.
Yen berada pada posisi stagnan pada Senin (13/2/2023), setelah bergerak agresif akhir pekan lalu usai terbitnya laporan bahwa Kazuo Ueda akan dipilih menjadi Gubernur Bank of Japan (BoJ) berikutnya. Investor pertama kali mengartikan keputusan tersebut sebagai pilihan yang mungkin hawkish.
Singapura mencatat pertumbuhan ekonomi 3,6% sepanjang 2022. Angka yang relatif lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya di level 3,8%. Perkiraan Singapura akan pertumbuhan tahun ini berada pada level moderat, yaitu 0,5%-2,5% lebih tinggi. Pemerintah Singapura tengah fokus dalam mengatasi permintaan yang melambat serta inflasi inti.
(bbn)