Logo Bloomberg Technoz

Menakar Peran Bulog dalam Rantai Pasok Beras

Rezha Hadyan
13 February 2023 08:26

Pengecekan beras impor dalam rangka menjamin stabilitas harga (Dok Bulog)
Pengecekan beras impor dalam rangka menjamin stabilitas harga (Dok Bulog)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah dinilai perlu meninjau kembali peran Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam rantai pasok beras untuk memastikan efektivitas dan menciptakan pasar beras yang tidak rentan terhadap fluktuasi harga.

Menurut Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran, Bulog harus melakukan pengadaan beras dari petani. Namun, tidak seperti pihak swasta, Bulog harus membeli beras dengan semua tingkat kualitas dan menyimpan stok penyangga sebagai cadangan nasional di gudangnya.

“Salah satu kesulitan yang dihadapi Bulog adalah HPP [Harga Pokok Pembelian], yang kurang fleksibel dan tidak relevan dengan harga pasar,” ujar Hasran melalui keterangan resminya dikutip Senin (13/2/2023). Sebagai catatan, keterlibatan Bulog dalam rantai pasok beras di tingkat hulu dan hilir ditetapkan oleh Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 Pasal 3 (2). 

Hasran menambahkan, Bulog menggunakan biaya pemerintah saat bersaing dengan pihak swasta dalam pengadaan beras. Terlebih, penugasan untuk menjaga stok nasional memunculkan biaya tambahan yang tidak sedikit.

Walaupun beras menjadi konsumsi seluruh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, namun produksinya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Data BPS 2021 menyebut pada 2020, produsen utama beras di Indonesia adalah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan total produksi Gabah Kering Giling (GKG) masing-masing sejumlah 9,94 juta ton, 9,48 juta ton dan 9,01 juta ton. 

Perdagangan beras yang timbul akibat perbedaan ongkos produksi di setiap wilayah menjadi tidak terhindarkan. Bersaing dengan swasta akan membuat Bulog selalu menjadi pihak yang merugi. Pasalnya swasta bisa menawarkan harga beras yang lebih tinggi kepada petani dan meminta kualitas beras yang lebih baik.

Terkait tingginya harga beras saat ini, Bulog mengklaim telah mendistribusikan 100.000 ton beras melalui Operasi Pasar yang berlaku sejak 17 Januari 2022. Tujuannya untuk menjaga agar kenaikan harga tetap terkendali. 

Operasi pasar yang intensif sejak awal tahun tidak banyak berdampak pada penurunan harga beras. Terbukti dengan tingginya harga beras di tingkat konsumen. Masalahnya terletak pada jalur distribusi dari Bulog ke konsumen yang panjang.

Operasi pasar adalah kebijakan untuk mencegah atau mengatasi lonjakan harga beras yang terjadi di daerah tertentu selama periode waktu tertentu dengan memanfaatkan cadangan beras pemerintah (CBP). 

Operasi pasar diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 12/2017, di mana Bulog ditunjuk sebagai pelaksana program untuk mendistribusikan CPP di tingkat konsumen di pasar tradisional, pasar induk, dan lokasi lain yang mudah dijangkau. Bulog harus menjual beras medium dengan harga tidak melebihi HET.

Penelitian CIPS merekomendasikan adanya revisi pada Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 Pasal 8 (poin c, d, dan e). Hal ini diperlukan untuk membuka peluang Bulog untuk fokus melindungi keluarga pra sejahtera melalui program bantuan bencana.

Pembatasan impor juga perlu dilonggarkan. Caranya dengan menghapuskan hambatan kuantitatif impor beras dan menghapus monopoli Bulog untuk mengimpor beras kualitas menengah, seperti yang tertera di Permendag Nomor 103 Tahun 2015 pasal 9 (1.b).