Setelah sekian bulan pandemi telah berlalu, pusat perbelanjaan mulai bangkit lagi. Khusus tahun ini, kedatangan musim perayaan yaitu Ramadan dan Lebaran telah mendongkrak kunjungan masyarakat ke mal hingga 100% dibanding saat pandemi masih meraja.
Tahun depan, ada peluang kejayaan mal bisa benar-benar kembali dengan hari libur resmi yang semakin banyak.
Pemerintah telah mengumumkan jadwal libur dan cuti untuk 2024 mencapai 27 hari. Bila gelar Pemilihan Presiden berlangsung sampai dua putaran, total libur dan cuti 2024 orang Indonesia tahun depan bisa mencapai 29 hari, hampir sebulan penuh.
Ini kabar baik bagi peritel di sektor wisata, F&B, termasuk pusat belanja seperti mal yang lazim kebanjiran pengunjung saat liburan datang.
Hasil riset Colliers mencatat, sampai kuartal II-2023, okupansi atau tingkat hunian mal di kawasan Jabodetabek sudah merangkak ke 70,6%, sementara di area DKI Jakarta tingkat okupansi lebih tinggi di angka 72,5%.
Tingkat okupansi itu memang masih di bawah tingkat okupansi sebelum pandemi yaitu pada 2019 di mana angkanya bisa mencapai 78,5% untuk kawasan Greater Area dan 79,8% untuk Jakarta.
Selain itu, kenaikan hunian juga dipengaruhi pula oleh ketiadaan pasokan baru pada separuh pertama tahun ini. "Pada paruh kedua tahun ini akan ada pasokan baru yang diperkirakan akan sedikit meredam tingkat hunian mal," jelas Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto dan Senior Manager Colliers Eko Arfianto.
Bila ditelisik lebih jauh lagi, terlihat bahwa mal-mal kelas premium pulih lebih cepat pada semester I tahun ini ketimbang pusat belanja yang menyasar kelas menengah.
Di kawasan Jakarta misalnya, mal premium okupansinya sudah 86,2%, sementara pusat belanja kelas menengah atas juga mencapai 86,2%. Adapun mal yang menyasar kelas middle dan middle lower, tingkat okupansinya masih di kisaran 50%-68%, jauh dari sebelum prapandemi di angka 66,3%-77,6%.
Ada indikasi mal-mal kelas bawah kurang greget menawarkan konsep kunjungan ke mal yang menarik. Sejak lama mal tidak lagi menjadi tempat tujuan berbelanja semata akan tetapi menonjolkan daya tarik pengalaman bagi pengunjung. Konsep menjual pengalaman terlihat lebih kuat ditawarkan di mal-mal menengah atas dan premium. Selain juga dibantu oleh kekuatan daya beli yang lebih kuat dari konsumen kelas atas.
Pasca pandemi, terlihat para peritel dari sektor F&B dan fashion mencatat pertumbuhan lebih besar ketimbang sektor lain. Sementara tenant dari sektor elektronik, sinema dan pusat bermain anak-anak mulai banyak yang berani muncul.
Kini dengan pandemi sudah benar-benar mereda, meskipun ada potensi okupansi pada sisa tahun ini teredam oleh pasokan mal baru, para pemilik mal perlu menyusun strategi lebih menarik demi penggaet kedatangan pengunjung.
"Evolusi berkelanjutan dari pusat perbelanjaan sangatlah penting, ditandai dengan penyediaan pengalaman berbelanja yang menarik secara konsisten pada pelanggan. Agar itu tercapai, beragam strategi penting diterapkan seperti penyelenggaraan acara musiman, tata ulang penyewa, kecermatan memilih penyewa dan konsep toko. Kemampuan mengamankan dan menarik penyewa yang bisa menjadi magnet pembeli adalah hal penting untuk tujuan itu," jelas Colliers.
Saat ini tercatat ada delapan proyek pusat perbelanjaan yang tengah berjalan dan berpotensi menyumbang setidaknya 460.000 meter persegi mal baru di Jakarta dan sekitarnya antara tahun 2023 hingga 2025. Lebih dari separuh di antaranya dijadwalkan selesai pada 2024.
Sampai saat ini, pasokan mal di Jakarta mencapai 4,86 juta meter persegi, sementara di kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, mencapai 2,97 juta meter persegi.
(rui/aji)