“Maka tarifnya tidak usah terlalu tinggi atau terlalu mahal, harus bisa bersaing dengan angkutan jalan tol,” lanjutnya.
Menuju Harga Kompetitif
Usulan harga dari Kementerian Perhubungan sebesar Rp250-350 ribu dinilai kompetitif bila dibandingkan angkutan moda yang lain. Aditya mencontohkan, harga kereta Argo Parahyangan memiliki tarif ekonomi premium sebesar Rp150 ribu dan eksekutif sebesar Rp250 ribu, sementara travel City Trans, misalnya, berada pada kisaran di atas Rp180 ribu.
Walaupun memberikan nilai yang kompetitif, pemerintah juga perlu menjaga keberlangsungan kepada PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai operator KCJB dengan memberikan insentif atau bantuan.
Misalnya, kata dia, pemerintah bisa memberikan bantuan melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bila KCIC ingin mengembangkan bisnis atau mendapatkan pendapatan lain selain tiket serta bantuan dari sisi operasional.
“Jadi saya pikir pemerintah harus memberikan dukungan dan insentif supaya KCJB survive, misalnya satu diberikan bantuan melalui BUMN kalau KCJB butuh pinjaman-pinjaman untuk mengembangkan bisnisnya maka bank-bank negara bisa memberikan pinjaman yg sifatnya lunak,” ujarnya.
“Dari operasional misalnya listrik, kan perjalanan KCJB butuh listrik, nah listrik bisa diberikan diskon selama 10 tahun masa operasi pertama pertama, listriknya bisa lebih murah tarifnya Dengan cara seperti itu, KCIC bisa tersupport dan masyarakat bisa dapet tarif kompetitif,” lanjutnya.
Aksesibilitas dan Konektivitas Stasiun
Selain harga yang kompetitif, aksesibilitas dan konektivitas stasiun perlu diperhatikan. Apalagi, stasiun KCJB tidak berada di pusat kota, sehingga pemerintah harus menyediakan angkutan umum agar masyarakat bisa mengakses stasiun tersebut.
“Halim misalnya, itu jauh dari pusat kota Jakarta, Padalarang dan Tegalluar jauh dari pusat kota Bandung,” ujarnya.
“Pertama, seberapa mudah stasiun kereta cepat itu bisa diakses, dalam hal ini aksesibilitas stasiun, yang kedua adalah seberapa mudah masyarakat berpindah moda, artinya dalam hal ini adalah konektivitas di stasiun, beberapa moda sudah tersedia angkutan umum untuk pindah ke moda lain,” tutupnya.
Kereta Cepat Jakarta Bandung diklaim mampu mencapai kecepatan 350 km/jam. Membuat perjalanan Jakarta-Bandung dapat ditempuh selama 36 menit dalam sekali jalan atau total 46 menit apabila berhenti di setiap stasiun: Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar dengan waktu transit maksimal hanya 3 menit di setiap stasiun.
PT KCIC mengatakan bahwa kereta berkapasitas 601 penumpang itu masih belum ditetapkan tarif pastinya. Namun berdasarkan hasil inspeksi kelayakan, harga tiket kereta cepat Jakarta-Bandung berkisar Rp250-350 ribu untuk satu kali perjalanan.
(dov/ain)