Pertemuan antara kedua pemimpin yang sedang menghadapi isolasi dan sanksi internasional ini menjadi kali pertama Kim meninggalkan Semenanjung Korea sejak tahun 2019. Kala itu, dia juga mengadakan pertemuan dengan Putin di Vladivostok.
Foto-foto yang dirilis oleh media milik pemerintah Korea Utara menunjukkan Kim pergi bersama Menteri Luar Negeri, pejabat tinggi militer, dan kader-kader senior di sektor senjatanya. Hal ini mengisyaratkan persenjataan bisa menjadi salah satu topik pertemuan.
Kim berangkat ke Rusia dengan kereta mewah berlapis baja, dan tiba pada Selasa (12/9/2023). Media milik pemerintah Korea Utara mengunggah foto yang menunjukkan Kim mengenakan setelan jas saat turun dari kereta di Khasan. Dia kemudian disambut oleh pajabat Rusia di kota yang berada tepat di seberang perbatasan Korea Utara.
Kim sedang melakukan perjalanan untuk "membangun hubungan persahabatan dan kerja sama ke tingkat yang lebih tinggi," demikian laporan Korean Central News Agency pada hari Rabu, tanpa menyebutkan tujuan Kim setelah tiba di Khasan.
Sebelumnya, Putin berbicara dalam sesi utama forum ekonomi tahunan di kota pelabuhan Rusia, Vladivostok pada hari Selasa. Dia menggunakan kesempatan tersebut untuk menyebut kasus hukum yang dihadapi oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, sebagai "penganiayaan politik" yang secara tidak disengaja menguntungkan Rusia dengan mengungkapkan wajah sebenarnya dari musuh-musuhnya.
Selama beberapa bulan, AS telah menuduh Korea Utara menyuplai persenjataan untuk membantu perang Putin di Ukraina. Namun, tudingan tersebut disangkal oleh Moskow dan Pyongyang. Juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller, mengatakan dalam jumpa pers pekan ini bahwa Putin yang dianggap sebagai "paria" sedang "melintasi negaranya sendiri, sambil membawa topi di tangannya, untuk meminta bantuan militer dari Kim Jong Un."
Barang yang paling jelas yang dimiliki Pyongyang dan diperlukan oleh Moskow adalah proyektil artileri dan roket yang dapat digunakan oleh Moskow dalam senjata-senjata era Soviet yang dapat digunakan dalam konflik di Ukraina.
Korea Utara memiliki pasokan persenjataan terbesar di dunia yang dapat dioperasikan dengan sistem era Soviet, yang sangat dibutuhkan Rusia saat negara itu telah kehabisan proyektil artileri mereka. AS mengatakan pasokan apapun tidak akan mengubah jalannya perang. AS juga telah memberi tahu Pyongyang bahwa mereka akan menanggung akibatnya jika transfer senjata dilakukan.
Korea Utara sedang sibuk memproduksi rudal balistik jarak pendek yang mirip dengan beberapa roket yang digunakan oleh Rusia di Ukraina. Dan tampaknya, pasokannya saat ini mulai terbatas. Transfer semacam ini akan menjadi peningkatan besar dalam kerja sama. Kemungkinan besar, roket tersebut akan dijual dengan harga tinggi oleh Kim.
--Dengan asistensi dari Eduard Gismatullin.
(bbn)