Sementara Surya Paloh mengungkapkan hal senada. Namun demikian soal potensi bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu tak ditampiknya meski potensi anggota koalisi itu masuk ke Koalisi Perubahan juga disinggung pengusaha teras mantan elite Golkar itu.
"Ya, sama-sama mungkin. Mungkin KIB juga bergabung dengan NasDem kan. Jadi kemungkinan itu masih terbuka," kata Surya Paloh.
Hanya hitungan hari setelah pertemuan Golkar dan NasDem, PKS menyambangi DPP Partai Golkar. Elite PKS menemui Airlangga pada Selasa (7/2/2023). Pertemuan itu terjadi dua hari setelah PKS bertemu dengan NasDem sebagai satu koalisi di NasDem Tower pada Jumat (3/2/2023).
Pada saat bertemu dengan Airlangga, hadir pimpinan PKS seperti Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi dan Ketua Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Almuzzammil Yusuf. Airlangga usai pertemuan mengatakan bahwa pembicaraan pada hari itu tak terkait soal potensi atur ulang koalisi. Golkar kata dia tetap berada di Koalisi Indonesia Baru.
"Kita kan bicara PKS, bukan koalisi yang lain," Airlangga.
Tetapi kalau ditanya apakah Golkar memiliki keunggulan kuat dibanding partai yang lain dalam konteks koalisi pilpres, tidak
Yunarto Wijaya
Sebaliknya Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi melontarkan sejumlah pantun yang bunyinya bernada ajakan kepada Partai Golkar jikalau ingin bergabung dengan Koalisi Perubahan. Dalam pantun itu, ia bertanya soal arah politik partai Golkar sembari mengajak untuk berkoalisi bersama.
“Jalan-jalan ke pulau Bima, mampir Taliwang makan ayam Bakar. Sekarang kami datang bersama hendak bertanya ke arah mana gerakan partai Golkar? Kali aja bisa di ajak-ajak gitu ya,” ucap Aboe Bakar di kantor DPP Golkar.
Sementara usai pertemuan Golkar-PKS, PKB juga bergerak. Pada Jumat (10/2/2023) Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menyambangi Airlangga Hartarto di kawasan Senayan. Bertemu dengan PKB, potensi koalisi kata Airlangga terbuka dan cukup bagus.
"Ya (bisa saja) KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) plus," kata Airlangga soal potensi koalisi.
Dalam kesempatan yang sama, Muhaimin yang akrab disapa Cak Imin tak menampik bahwa pembicaraan keduanya juga adalah soal langkah politik menuju Pemilu 2024.
"Dalam konteks masa depan tentu kita ingin menuntaskan periode ini sekaligus menyiapkan langkah politik menuju Pemilu 2024 yang tinggal beberapa waktu ini (biar) yang adem," kata Cak Imin.
Partai Golkar yang dalam dua pekan terakhir cukup sering didatangi para elite parpol itu dibaca secara politik. Pengamat politik Yunarto Wijaya menilai sebenarnya bukan hanya Golkar yang kelihatannya menjadi objek pendekatan. Hal yang sama juga penah terjadi pada NasDem saat banyak partai bertandang ke DPP NasDem tahun lalu. Namun hal ini menunjukkan bahwa memang pembentukan koalisi masih amat cair. Apalagi pendaftaran capres juga relatif masih jauh. Perubahan pada koalisi dan pengusungan capres bahkan bisa berubah pada saat akhir atau injury time.
"Memang ada satu hal yang diambil sebagai benefit oleh Golkar ya. Momen persatuan mereka dalam beberapa partai itu dalam konteks sistem pemilu proporsional tertutup," kata Yunarto saat dihubungi Bloomberg Technoz pada Minggu malam (12/2/2023).
Adapun sistem proporsional tertutup adalah sistem perwakilan yang mana pemilih hanya dapat memilih partai politik secara keseluruhan dan tidak dapat memilih kandidat di DPR maupun DPRD. Poin ini juga menurut dia menjadi poin penting komunikasi antarparpol.
"Golkar kemudian menjadi episentrum pertemuan-pertemuan beberapa partai politik. Tetapi kalau ditanya apakah Golkar memiliki keunggulan kuat dibanding partai yang lain dalam konteks koalisi pilpres, tidak karena tetap dalam faktor pengikat pilpres adalah sosok capresnya," ucap Direktur Eksekutif Charta Politika itu.
Yunarto menilai, kondisi ini hanya momen lain yang menunjukkan betapa arah dan bentuk koalisi menuju Pemilu 2024 masih bisa berubah. Pengkutuban koalisi karena itu akan bisa lebih acak pada pemilu mendatang dibandingkan Pemilu 2019 lalu. Hal itu terjadi lantaran incumbent 'petahana' sudah tidak bisa maju lagi. Tahun depan karena itu akan menjadi sebuah open election. Artinya koalisi yang terbangun pada pemilu sebelumnya bisa berubah karena petahana yang notabene menjadi pengikat tak lagi ada. Berbeda ketika petahana masih maju seperti pada 2019 maka parpol kata dia cenderung bermain aman dan tak ambil pusing membentuk koalisi-koalisi baru.
Sementara kalau dalam open election, ada wilayah yang tidak bertuan, peluang menjadi lebih terbuka, partai-partai yang tergabung dalam koalisi pun itu bisa jadi kemudian bergabung dengan partai oposisi," imbuhnya.
Dihubungi terpisah, pengamat politik Ujang Komarudin menilai Partai Golkar masih dianggap seksi lantaran partai ini cukup terbuka soal koalisi. Sekalipun Golkar sudah berkoalisi dengan PAN dan PPP, namun partai itu masih terlihat bisa menerima partai lain. Selain itu pengamat dari Indonesia Political Review (IPR) tersebut menilai pengalaman panjang Golkar di politik tak bisa diabaikan dan menjadi penarik.
"Kedua Golkar ini kan punya pengalaman panjang. Dari konteks membangun bangsa dalam kekuaasanlah begitu. Jadi partai-partai tadi, ya mungkin banyak juga ingin belajar, ingin sama-sama bermitra, baik dalam konteks bisa berkoalisi maupun silaturahim," kata Ujang saat dihubungi lewat sambungan telepon.
Dia mengatakan memang selama ini "DNA" Golkar adalah cenderung kekuasaan namun ketika berada di gerbong kekuasaan pun, partai ini tidak memusuhi oposisi dan tidak harus berhadapan dengan oposisi. Namun demikian untuk pilpres menurutnya yang dipertimbangkan partai adalah mengamankan dirinya. Artinya karena ingin menang maka pendekatan ke banyak partai harus dilakukan.
"Partai-partai (pendukung) Jokowi termasuk Golkar, loyal dan taat dan menjaganya. Tapi yang kedua, kalau soal pilpres, itu partai-partai politik ya jalan masing-masing. Mungkin mengamankan diri masing-masing. Ingin menang juga. Kan bertarung sifatnya. Sama-sama bertarung baik oposisi atau koalisi," imbuhnya.
(ezr)