Sampai siang ini, aksi jual masih berlanjut dengan yield INDOGB 10 tahun semakin merangkak naik 6,68%. Tenor lebih pendek 2 tahun dan 5 tahun juga tersengat aksi jual terindikasi dari kenaikan tingkat imbal hasil yang semakin sempit masing-masing di posisi 6,31% dan 6,32%. Tenor lebih panjang 15 tahun beranjak naik ke 6,78%.
Sementara itu, premi risiko investasi Indonesia justru terpantau menurun untuk hari keempat ke kisaran 78,26 siang ini.
Risiko harga minyak dunia
Harga minyak dunia terus mencetak rekor baru menyusul prediksi kekurangan pasokan minyak hingga 3,3 juga barel per hari pada kuartal IV-2023 yang berpotensi menjadi defisit terbesar dalam kurun 10 tahun terakhir.
Kenaikan harga minyak dunia itu mengancam rupiah juga dengan risiko pembengkakan subsidi energi dan kian dalamnya defisit transaksi berjalan.
Posisi Indonesia yang sejauh ini masih sebagai net importir minyak membuat RI rentan dengan naik turun harga si emas hitam.
Mengacu data Badan Pusat Statistik, impor migas RI pada Juli lalu melonjak 41% secara bulanan menembus US$ 3,13 miliar. Sementara nilai ekspor migas menurun 2,61% menjadi US$ 1,22 miliar.
Alhasil, pada kuartal II-2023, neraca migas Indonesia membukukan defisit US$ 4,33 miliar, menurut laporan Bank Indonesia. Angka itu lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang minus US$ 3,98 miliar.
Neraca migas yang defisit membebani transaksi berjalan RI di mana pada kuartal II lalu bergerak defisit US$ 1,9 miliar, defisit pertama sejak I-2021.
Defisit transaksi berjalan terjadi bersamaan dengan defisit transaksi modal dan finansial, menyeret kinerja neraca pembayaran Indonesia pada kuartal II lalu membukukan defisit terbesar sejak kuartal I-2020 dengan nilai minus US$ 7,4 miliar.
(rui)