Edward Moya, analis pasar dari OANDA menyatakan, “Nasdaq tenggelam karena Apple memburuk dan telah merusak saham-saham teknologi berkapitalisasi besar.”
Seluruh pencapaian perusahaan teknologi kini bergantung pada China, tegas Moya. Dimana Indeks Nasdaq 100 turun 1%, sementara indeks Semikonduktor atau PHLX Semiconductor Sector—yang terdiri dari beberapa pemasok Apple—tengah turun 2,5%, pekan lalu.
Hal-hal memberatkan laju Apple:
Pembatasan iPhone di China
Beijing diketahui telah mengambil kebijakan pembatasan penggunaan iPhone dan perangkat lain asal luar negeri. Hal yang dianggap sebagai ‘serangan balasan’ kepada Washington yang membatasi rantai pasok untuk para produsen teknologi China.
Hadirnya Huawei dan sentimen anti-iPhone
Mate 60 Pro, smartphone baru milik Huawei rilis satu pekan sebelum iPhone 15 tampil resmi di hadapan publik. Smartphone yang disambut baik oleh warga China dan akan menjadi rival terberat iPhone 15.
Huawei memiliki fitur mirip, bahkan lebih baik dari iPhone dengan harga lebih murah. Huawei juga menggunakan prosesor canggih yang sempat dianggap misterius, karena dengan sejumlah kebijakan pembatasan rantai pasok di AS, perusahaan tetap bisa menghadirkan cip bertenaga.
Sentimen buruk juga hadir lewat kampanye anti-Apple. Komentar menunjukkan narasi anti-Apple. Publik China menyatakan bahwa mereka tidak akan “pernah membeli smartphone Apple" dan “bangga membeli Huawei.”
Tulisan pada postingan lain menyatakan, “Mengapa kita tidak bisa melarang penjualan Apple sementara orang Amerika telah melarang Huawei?”
“Selama pencari kerja menggunakan ponsel Apple, saya tidak akan mempekerjakan mereka.” kata pengguna lain, seperti dilaporkan Bloomberg News.
Pelemahan ekonomi China
iPhone merupakan salah satu perangkat terlaris di China, bahkan mewakili porsi terbesar Apple untuk pasar internasional. Namun negara kini tengah mengalami perlambatan ekonomi yang mengancam permintaan atas belanja. mulai dari komoditas hingga barang elektronik.
Kebijakan the Fed
Pada bagian lain terdapat sinyal meningkatnya yield obligasi pemerintah AS, yang dipicu kekhawatiran bank sentral (the Federal Reserve/Fed) mengatrol tingkat bunga untuk meredam inflasi agar perekonomian AS tetap terjaga. Tidak hanya Apple, saham-saham yang terkait teknologi juga terkoreksi, mulai dari cip memori sampai dengan perusahaan besar asal China yang tercatat di bursa AS.
Terlepas dari risiko eksternal, Apple diyakini terus menjalankan strategi penjualan iPhone 15 demi meningkatkan kinerja perusahaan. Pada kuartal terakhir, seperti laporan perusahaan pada 1 Juli pendapatan perusahaan turun 2,4% menjadi US$39,7 miliar. Catatan kinerja yang jauh dibawah ekspektasi para analis.
Strategi Jitu Apple Naikkan Harga Perlahan
Kenaikan harga perangkat smartphone terbaru iPhone adalah cara paling halus perusahaan untuk memperbaiki penjualan, sekaligus upaya mengeruk lebih banyak uang dari konsumen tanpa memicu keterkejutan.
Untuk diketahui Selasa waktu AS, Apple merilis harga baru iPhone model premium, Pro Max, lebih tinggi US$100 menjadi US$1.199. Pada model lain iPhone 15 tidak mengalami kenaikan harga. Smartphone baru dibanderol lebij mahal dengan kapasitas penyimpanan memori dua kali lebih besar, menjadi argumentasi Apple.
Apple melakukan kenaikkan harga secara perlahan dan hati-hati di tengah tingginya inflasi yang mendorong tingkat konsumsi masyarakat. Mark Gurman dari Bloomberg menyebut, Apple tidak akan membuat perubahan dramatis pada harga stikernya, tetapi mereka menemukan cara baru bagi pembeli untuk membelanjakan lebih banyak.
Apple kerap menawarkan fitur terbaru untuk model premium —pada iPhone 15 seperti peningkatan lensa zoom, frame titanium— untuk mendorong pembeli ke barang-barang yang harganya lebih mahal.
Konektor USB-C juga hadir pada iPhone. Padahal sebelumnya perusahaan menolak prasyarat yang telah diamanahkan Uni Eropa. Konektor ini pula dimanfaatkan Apple untuk menarik lebih banyak konsumen lewat kampanye USB-C memberikan kecepatan transfer data dibandingkan dengan port Lightning.
Jika konsumen ingin AirPods mereka memiliki konektor yang sama dengan iPhone terbaru, mereka harus merogoh kocek US$249 untuk sepasang yang baru.
Kemudian saat pengguna ingin menggunakan pengisi daya Lightning lama mereka, mereka dapat membeli adaptor seharga US$29. Begitulah cara Apple bekerja.
Beberapa investor berharap Apple akan menaikkan harga secara lebih luas, salah satu alasan mereka memberikan reaksi flat terhadap acara iPhone Apple pada hari Selasa, menurut analis Evercore ISI, Amit Daryanani. Saham AAPL diketahui rontoj 1,7% menjadi US$176,30.
Berdasarkan data IDC penjualan Apple turun, seperti yang terjadi secara umum di industri smartphone sebesar hampor 7% pada kuartal terakhir. Data ini diperkirakan mendorong Apple hanya kenaikan secara terbatas pada iPhone 15 model premium.
Pada model non Pro, iPhone 15 bertahan mulai dari US$799, sementara model Pro level entry juga tetap mulai dari US$999 — harga yang dianggap mencolok ketika iPhone X memulai debutnya pada level tersebut pada tahun 2017.
Patut dicatat meski model Pro Max mengalami kenaikan hampir 10%, sejatinya secara inkremental Apple menetapkan harga yang sama. iPhone 15 Pro Max memiliki penyimpanan 256 gigabyte (GB), dan menghapus jajaran penyimpanan terkecil sebelumnya, 128 GB. Dengan harga baru pengguna mendapati kapasitas penyimpanan dua kali lipat lebih besar.
Versi penyimpanan memori 512 GB tetap dihargai US$1.399, Untuk versi 1 terabyte (TB) tetap US$1.599. Meski begitu dengan harga yang tetap sama, Apple dapat memperoleh margin yang lebih tinggi karena biaya penyimpanan telah turun.
(wep/roy)