Logo Bloomberg Technoz

Korut sebelumnya telah menyediakan amunisi, termasuk roket infanteri dan rudal, kepada kelompok tentara bayaran Wagner Group ketika mereka masih aktif di Ukraina, tetapi peralatan yang telah diserahkan sejauh ini belum mengubah dinamika medan perang di Ukraina, kata seorang pejabat senior NATO.

Namun sekutu khawatir Korut berencana mengirimkan lebih banyak senjata. Sebab, volume dan kualitas apa yang dapat diberikan oleh Korut masih merupakan tanda tanya.

Amunisi dari Korut bisa memberikan waktu bagi Rusia dan memberikan peluang kepada industri domestiknya untuk mengejar permintaan.

"Menambahkan Korut ke daftar pemasok senjata dalam perang akan membantu mengisi kesenjangan dalam amunisi dan sistem senjata lainnya yang produsen senjata Rusia sendiri sulit untuk mengisi," kata David Schmerler, peneliti senior di James Martin Center for Nonproliferation Studies.

Perkiraan 'wish list'

Beberapa senjata Korut yang mungkin ada dalam daftar keinginan Putin adalah peluru artileri 122 mm dan 152 mm serta roket 122 mm. Korut yang dikenai sanksi tidak memiliki akses ke teknologi yang memungkinkannya untuk memproduksi massal senjata berpandu presisi apa pun. Negara tersebut memiliki stok rudal anti-tank dan rudal permukaan-ke-udara, tetapi senjatanya mungkin tidak sebanding dengan beberapa senjata terbaru yang AS dan mitra NATO-nya kirimkan ke Ukraina.

Pertemuan Presiden Korea Utara Kim Jong Un dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Fotografer: Andrey Rudakov/Bloomberg

Stok era Soviet

Korut juga adalah salah satu dari sedikit negara yang memiliki stok tank era Soviet dalam jumlah besar seperti yang telah dikerahkan Moskow di Ukraina, seperti T-54 dan T-62, dan dapat menyediakan suku cadang, menurut ahli senjata Joost Oliemans, salah satu penulis buku The Armed Forces of North Korea.

Beberapa senjata Korut mungkin telah terlihat di medan perang. Kru artileri Ukraina telah menembakkan roket yang dibuat di Korut terhadap posisi Rusia, demikian dilaporkan Financial Times pada Juli. Menurut Ukraina, senjata buatan tahun 1980-an dan 1990-an itu "disita" dari sebuah kapal oleh sebuah negara "sahabat. Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan roket tersebut diambil dari pasukan Rusia.

Apa yang diharapkan Korut?

Sebaliknya, dari sisi Korut, menurut laporan The New York Times,  Kim mungkin sedang mencari teknologi dari Rusia yang akan membantunya membangun kapal selam bertenaga nuklir dan meluncurkan satelit mata-mata.

Korut mungkin juga mencoba memperoleh data sensitif tentang senjata dengan meretas mitra Rusianya, menurut laporan bulan ini dari unit Intelijen Ancaman Microsoft.

Laporan itu mengatakan ada sebuah kelompok meretas sebuah institut penelitian dirgantara di Rusia pada Maret. Laporan terpisah bulan lalu oleh Sentinel Labs mengatakan peretas Korut mencoba mendapatkan informasi dari produsen terkemuka Rusia, mulai dari rudal hingga wahana antariksa militer.

 --Dengan asistensi Natalia Drozdiak.

(bbn)

No more pages