Menurutnya, rencana merger keduanya tetap berdasarkan bussiness to bussines (B2B), yang ditujukan untuk efisiensi persaingan pasar telekomunikasi di dalam negeri.
"Ini, kan, B2B, biar saja. Prinsipnya dukung efisiensi. Gini loh, kalo industri telekomunikasi, kan, masih sehat, ekosistem masih solid. Saya pikir merger Smartfren dan XL akan lebih positif buat industri," ujarnya ditemui di sela International Smart City Conference 2023 di Jakarta, Selasa (12/9/2023).
Budi menilai, jika keduanya resmi merger akan memicu harga yang kompetitif dan diharapkan timbul persaingan lebih sehat ke depan. Untuk mendukung merger keduanya, lanjut Budi, pihaknya bakal mendukung dari sisi kebijakannya.
Secara terpisah, petinggi Sinar Mas Group sebelumnya juga sempat berkomentar terkait isu merger keduanya. Ialah Franky Oesman Widjaja alias Franky Widjaja yang buka suara soal isu yang kembali menghangat tersebut.
Franky Widjaja, yang juga merupakan anak dari pendiri Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja, tak menampik adanya rencana itu. Ia justru berharap aksi korporasi itu bisa terwujud.
"Insya Allah. Kita berdoa supaya yang terbaik,” kata Franky usai diskusi kegiatan Indonesia Sustainability Forum di Jakarta, Kamis (7/9/2023).
(ibn/dhf)