Media pemerintah di Korea Utara dan Rusia mengatakan kedua pemimpin akan bertemu. Akan tetapi, belum memberikan waktu pasti untuk acara apa pun.
Dilaporkan oleh agensi Interfax Rusia mengutip juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Putin dan Kim Jong Un dijadwalkan akan bertemu di wilayah Timur Jauh Rusia dalam beberapa hari mendatang. Kedua pemimpin akan mengadakan pertemuan tatap muka untuk membahas kerja sama bilateral, demikian dilaporkan oleh agensi berita negara Tass, juga mengutip Peskov, yang menolak memberikan waktu dan lokasi pertemuan. Kim dan Putin akan mengadakan makan siang resmi dan tidak akan mengadakan jumpa pers.
Tass juga melaporkan, Peskov mengatakan Putin juga akan melakukan kontak dengan Presiden China Xi Jinping sebelum akhir tahun.
Perhatian bisa segera beralih ke Beijing jika Putin pergi ke China untuk menghadiri Forum Inisiatif Sabuk dan Jalan pada bulan Oktober. Ini akan menjadi perjalanan luar negeri pertama presiden Rusia itu sejak surat perintah penangkapannya dikeluarkan, atas tuduhan kejahatan perang oleh Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC).
Selama beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat telah menuduh Korea Utara menyuplai persenjataan untuk membantu perang Putin di Ukraina. Dugaan tersebut dibantah oleh Moskow dan Pyongyang. AS pekan lalu kembali mengatakan bahwa negosiasi senjata antara Rusia dan Korea Utara sedang "berkembang dengan aktif."
Barang yang paling jelas yang dimiliki Pyongyang dan dibutuhkan oleh Moskow adalah peluru artileri dan roket yang dapat digunakan oleh Moskow dalam persenjataan era Soviet yang telah diaktifkan di Ukraina.
Korea Utara memiliki salah satu persediaan amunisi terbesar di dunia, yang dibutuhkan oleh Rusia karena stok peluru artileri mereka yang terbatas. Amerika Serikat mengatakan bahwa pasokan apapun tidak akan mengubah jalannya perang.
Namun, Washington hanya punya sedikit pengaruh untuk mencegah dua musuh geopolitik paling keras kepala di dunia barat ini untuk memperkuat hubungan mereka.
"Pertemuan ini merupakan jalan keluar bagi dua pemimpin yang berada di ambang keputusasaan," kata Soo Kim, mantan analis Korea di Central Intelligence Agency yang sekarang bekerja di perusahaan konsultan manajemen berbasis di AS, LMI.
"Putin menghadapi tantangan dalam perang dengan Ukraina, termasuk kekurangan proyektil artileri dan senjata," katanya. Dia menambahkan, "Baik Kim maupun Putin tidak memiliki banyak yang bisa mereka rugikan dalam mengejar pertemuan ini."
Kim Jong Un mungkin mencari bantuan makanan serta teknologi untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, dan membantu membangun satelit mata-mata sebagai imbalan. Uang tunai juga akan sangat membantu ekonomi Korea Utara yang diperkirakan saat ini lebih kecil daripada saat Kim mengambil alih kekuasaan satu dekade yang lalu. Ditambah dengan cadangan mata uang asing yang sangat terbatas.
Nam Sung-wook, seorang profesor yang mengajar ekonomi politik sosialis di Universitas Korea di Seoul, mengatakan Korea Utara mungkin satu-satunya negara yang dapat dimintai bantuan oleh Moskow terkait senjata konvensional era Soviet. Dia menambahkan aliran persenjataan bisa membantu Putin memperpanjang konflik, dengan harapan terjadinya perubahan dalam pemerintahan AS yang kurang bersedia memberikan senjata ke Ukraina kecuali Presiden Biden.
"Rusia pasti telah mempertimbangkan sisi negatif dari masuknya Pyongyang. Tetapi situasinya sangat mendesak, dan mereka tidak bisa peduli terhadap peringatan apapun dari AS," kata Nam Sung-wook.
Seorang pejabat senior NATO mengatakan pada Senin, diskusi antara Pyongyang dan Moskow mengenai Korea Utara yang memberikan dukungan militer lebih lanjut untuk perang Rusia di Ukraina sedang berjalan aktif. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi Korea Utara pada bulan Juli untuk meminta pengiriman persenjataan. Pemimpin Korea Utara pun berharap dapat melanjutkan diskusi tersebut.
Pyongyang, yang telah dilarang menjual senjata selama sekitar 15 tahun, menolak tuduhan bahwa mereka menyuplai senjata ke Rusia. Namun, Gedung Putih pada bulan Desember mengatakan mereka memiliki bukti Korea Utara telah menyelesaikan pengiriman senjata awal ke Wagner Group untuk digunakan di Ukraina. Pengiriman tersebut mencakup roket infanteri dan rudal.
Mencari bantuan militer dari Korea Utara akan menandai kemunduran bagi kedua negara. Uni Soviet merupakan pendukung terbesar Pyongyang setelah negara tersebut resmi dibentuk 75 tahun lalu, dan memasok senjata penting dalam invasinya ke Korea Selatan di awal Perang Korea tahun 1950-1953.
--Dengan asistensi dari Natalia Drozdiak, Ryotaro Nakamaru, Jake Lloyd-Smith dan Eduard Gismatullin.
(bbn)