Logo Bloomberg Technoz

"Faktor musiman bulan September juga menjadi penyebab di mana di bulan ini harga CPO dan rupiah sama-sama melemah. September tahun lalu, harga CPO turun 16,9% kala rupiah melemah 2,6%," jelas Satria.

Dalam 15 tahun terakhir, setiap datang September, harga CPO rata-rata melemah 1,8%. Sementara nilai tukar rupiah mencatat depresiasi 1,4% pada periode yang sama. September menjadi bulan kala petani kelapa sawit memasuki musim panen. Kenaikan suplai CPO Malaysia hingga hampir 9% selama Agustus saja juga akibat lonjakan produksi kelapa sawit dari Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak.

Dengan prospek penurunan harga yang mungkin akan berlanjut, ada potensi penurunan nilai ekspor yang menyeret pula prospek devisa hasil ekspor dari sektor perkebunan kelapa sawit. "BI mungkin perlu mempertahankan intervensi mata uang cukup besar untuk menstabilkan rupiah selama September ini," kata analis.

Pola musiman menunjukkan, pasokan valas dari industri minyak sawit baru akan meningkat lagi pada Oktober-Desember ketika perekonomian mencatat percepatan volume ekspor CPO.

Nilai tukar rupiah hari ini masih mengalami tekanan dengan melemah tipis 11 bps ke Rp15.336/US$ pada pukul 10:40 WIB, Selasa (12/9/2023), terutama terbebani oleh aksi jual pemodal di pasar surat utang yang masih bersikap waspada jelang pengumuman data inflasi Amerika besok malam.

Traktor memindahkan hasil panen buah kelapa sawit di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Senin, 20 Juni 2022. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Aksi jual pemodal juga terpicu pernyataan hawkish Bank of Japan yang memberi sinyal akan mengakhiri kebijakan bunga negatif lebih cepat. Pernyataan itu memicu keterkejutan pasar dan mendorong aksi jual di pasar surat utang di negara berkembang maupun negara maju kemarin yang berlanjut hingga pagi ini.

Sumbangan kelapa sawit

Upaya otoritas memberlakukan kewajiban penerapan devisa hasil ekspor mulai Agustus lalu menerbitkan hadapan suplai valas di pasar domestik bisa terungkit di tengah tekanan rupiah yang masih besar.

Selama Agustus, regulasi DHE telah menarik pulang hampir US$ 600 juta devisa dari transaksi ekspor. Selama 1-7 September saja, nilai DHE yang ditarik menunjukkan tren menjanjikan mencapai US$ 484,75 juta.

Upaya menambah suplai valas melalui lelang itu walau agak terlambat mengingat pesta harga komoditas telah berakhir, diprediksi bisa menambah cadangan devisa total US$ 12 miliar hingga US$ 15 miliar selama Agustus-Desember nanti. "Cadangan devisa sampai akhir tahun nanti masih akan terjaga di kisaran US$ 135 miliar hingga US$ 150 miliar," kata Faisal Rachman, ekonom senior Bank Mandiri dalam catatannya.

Pemerintah menghitung, berdasarkan pola nilai ekspor hasil sumber daya alam, termasuk sektor yang wajib melakukan repatriasi devisa hasil ekspor yakni pertambangan, perkebunan, perhutanan dan perikanan, menyentuh US$ 203 miliar dari total ekspor tahun lalu sebesar US$ 292 miliar. Dengan 30% diwajibkan parkir di dalam negeri, ada potensi tambahan devisa sebesar US$ 60 miliar.

Sejauh ini sektor pertambangan mendominasi nilai ekspor dengan nilai US$ 129 miliar, disusul sektor perkebunan mencapai US$ 55,2 miliar dengan komoditas terbesar adalah kelapa sawit sebesar US$ 27,8 miliar. Sementara sektor perhutanan mencapai US$ 11,9 miliar dengan yang terbesar dalah pulp and paper industry. Lalu, sektor perikanan dengan nilai US$ 6,9 miliar dengan sumbangan terbesar dari sektor udang.

(rui/roy)

No more pages