Logo Bloomberg Technoz

"Banyak data yang kita lihat sekarang yang menunjukkan bahwa kemunduran ekonomi mungkin akan melambat dalam beberapa bulan mendatang," kata Raymond Yeung, Kepala Ekonom Greater China di Australia dan New Zealand Banking Group Ltd.

Otoritas setempat terus meningkatkan upaya untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi. Upaya-upaya dukungan tersebut adalah termasuk pemotongan suku bunga, suku bunga KPR, dan persyaratan pembayaran uang muka (DP) yang lebih longgar untuk pembelian rumah.

Data dan indikator terbaru berasal dari kenaikan New Yuan Loans ke level CNY1,36 triliun pada Agustus dari sebelumnya CNY345,9 miliar pada Juli. Pelonggaraan kebijakan moneter dan fiskal Pemerintah China mulai terasa pada peningkatan jumlah uang beredar yang diharapkan dapat diikuti dengan kenaikan konsumsi dalam negerinya.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, sebelumnya di akhir pekan kemarin, China merilis data inflasi (Consumer Price Index/CPI) terkininya yang memberi indikasi tekanan deflasi yang dianggap sebagai sinyal perlambatan ekonomi, mungkin mulai melambat.

“Inflasi naik 0,1% Y/Y di bulan Agustus, lebih rendah dari ekspektasi pasar, 0,2% Y/Y, dan setelah penurunan 0,3% Y/Y di bulan sebelumnya yang juga merupakan deflasi pertama dalam lebih dari dua tahun,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Selanjutnya, investor bereaksi atas wawancara gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) Kazuo Ueda dengan surat kabar Yomiuri yang terbit hari Sabtu, di mana gubernur Ueda mengatakan BOJ dapat mengakhiri kebijakan suku bunga negatif ketika objektif inflasi 2% sudah berada di depan mata, indikasi kenaikan suku bunga acuan di akhir tahun ini.

Dari dalam negeri, Penjualan Eceran atau Ritel RI berhasil tumbuh positif pada Juli 2023. Sebulan setelahnya, penjualan ritel diperkirakan masih tumbuh meski sedikit melambat.

Bank Indonesia (BI) memaparkan, Penjualan Ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Juli 2023 berada di angka 203,3. Tumbuh 1,6% yoy. 

"Perkembangan ini didukung oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta Sub Kelompok Sandang yang tetap tumbuh positif," sebut laporan BI yang dirilis Senin (11/9/2023).

Untuk Agustus 2023 yang akan datang, BI memperkirakan IPR sebesar 204,4. Data tersebut mengalami kenaikan 1,3% yoy. 

"Tetap kuatnya kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh Subkelompok Sandang yang meningkat, serta perbaikan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, Barang Lainnya, serta Suku Cadang dan Aksesori," lanjut laporan BI.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,56% ke 6.963 disertai dengan munculnya volume pembelian, penutupan IHSG pun mampu berada di atas MA-20.

“Penguatan IHSG ini telah mengenai target minimal yang kami berikan kemarin, selanjutnya IHSG berpeluang melanjutkan penguatan untuk menguji area 6.974 terlebih dahulu untuk membentuk bagian dari wave (ii) dari wave [iii],” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (12/9/2023).

Herditya juga memberikan catatan, tetap waspadai akan adanya lanjutan koreksi dari IHSG ke rentang area 6.737-6.846. 

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ADRO, ARTO, CPIN dan PNLF.

Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi lanjutkan rebound, setelah kemarin berhasil kembali ke atas MA-20.

“IHSG membentuk spinning bottom tepat di atas MA-20 bersamaan dengan rebound Senin (11/9). Pergerakan tersebut terjadi pada oversold area di Stochastic RSI. Dengan demikian, IHSG menjaga peluang rebound lanjutan ke kisaran 6.980 di Selasa (12/9),” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan sejumlah saham meliputi BBRI, KLBF, MIKA, EXCL, ACES, ANTM dan MNCN.

(fad)

No more pages