Kitty Ussher, kepala ekonom di Institute of Directors mengatakan bahwa bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga sedikit lebih tinggi untuk menekan inflasi.
Menurut para ekonom Bloomberg, adanya peningkatan suku bunga yang lebih tinggi dan pasar tenaga kerja yang sulit, penurunan ekonomi tampaknya akan terjadi di paruh pertama tahun ini.
"Kabar baiknya, kami memperkirakan resesi yang dialami akan ringan dibandingkan dengan sebelumnya. Kabar buruknya, pertumbuhan tidak dapat meningkat secara signifikan di masa mendatang," ujar Ana Andrade, ekonom Bloomberg.
Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt menyambut baik angka-angka tersebut. Tetapi menurutnya, pemerintah perlu menekan inflasi yang tahun lalu mencapai level tertinggi dalam 41 tahun.
"Ekonomi kita lebih tangguh daripada yang ditakuti banyak orang, namun bukan berarti kita belum keluar dari masa sulit terutama dalam hal inflasi" kata Hunt dalam sebuah pernyataan.
Terlepas dari angka-angka utama, masih ada beberapa angka lainnya yang patut disoroti.
Pengeluaran rumah tangga naik 0,1% pada kuartal keempat, menunjukkan warga menghadapi krisis biaya hidup terburuk dalam beberapa generasi. Pertandingan sepak bola Piala Dunia menyebabkan penurunan aktivitas olahraga sebesar 17% pada bulan Desember karena Liga Premier menghentikan pertandingan hingga akhir bulan.
Peningkatan investasi bisnis sebesar 4,8% juga terlihat dalam tiga bulan terakhir tahun 2022, menandai level tertinggi sejak sebelum pandemi. Hal ini menjadi tanda bahwa perusahaan meningkatkan pengeluarannya meski berada di tengah kekhawatiran tentang prospek ekonomi.
Ekonomi Inggris tumbuh 4% di sepanjang tahun 2022. Pertumbuhan ini lebih lambat dari laju 7,6% yang tercatat pada tahun 2021 saat negara itu pulih dari lockdown pandemi.
Output di bidang manufaktur dan konstruksi juga terhenti di bulan Desember. Produksi industri secara keseluruhan naik 0,3% pada bulan Desember yang disebabkan oleh cuaca dingin yang meningkatkan output utilitas.
Industri jasa yang dominan mengalami penurunan sebesar 0,8% dan sektor layanan yang berhadapan dengan konsumen turun 1,2% di bulan tersebut.
Hal ini timbul karena penjualan ritel yang buruk dan munculnya aksi mogok pekerja di bulan itu.
George Dibb, kepala pusat keadilan ekonomi di Institute for Public Policy Research mengatakan bahwa perekonomian Inggris yang stagnan akan berdampak negatif pada taraf hidup keluarga.
“Pemerintah hanya mengutak-atik ujungnya. Jika akar masalahnya tidak diperbaiki, kita tidak akan melihat pertumbuhan yang berarti dalam waktu dekat.”
Hingga November, lebih dari 1,6 juta hari kerja telah hilang karena perselisihan perburuhan di Inggris. Fenomena ini menjadikan tahun 2022 sebagai tahun terburuk untuk aksi industri sejak 1980-an. Capital Economics memperkirakan sebanyak 1,5 juta lebih hari kerja hilang pada bulan Desember.
Saat ini, resesi diperkirakan telah dimulai pada kuartal pertama, dengan Bank of England memprediksi resesi ringan yang akan berlangsung hingga awal tahun 2024.
Berkat jatuhnya harga gas alam dan listrik serta kebijakan fiskal yang lebih ortodoks, prospek perekonomian Inggris tidak sesuram beberapa bulan lalu.
“Meskipun perkiraan kami resesi tidak akan parah, kehidupan pasti tetap akan sulit untuk mayoritas rumah tangga. Kami tidak terlalu optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Inggris” ujar Stephen Miller, wakil direktur Institut Riset Ekonomi dan Sosial Nasional, di Radio Bloomberg.
(bbn)