Menurutnya, karena cukup meningkat karakteristik rata-rata kredit macet ini adalah faktor krusial sehingga beberapa HRD melihat BI checking dan pemeriksaan pinjaman online checking.
Ia menambahkan, pengecekan sebelum merekrut penting bagi HRD. Pasalnya jika mereka sudah terjerat pinjaman online maka akan menurunkan produktivitas perusahaan tersebut.
“Tidak heran HRD perusahaan melihat NPL dari pinjaman online untuk proses recruitment karena cukup tinggi usia-usia fresh graduate,” tutur dia.
Masih dari data OJK juga menyampaikan penyaluran pinjaman online secara bulanan pada tahun 2022 itu meningkat relatif tajam. Paling tinggi terjadi pada Maret 2022 mencapai Rp23 triliun.
Sepanjang tahun lalu juga ada pergeseran. Perusahaan financial peer to peer (fintech P2P) lending lebih banyak menyalurkan ke sektor konsumtif, per Maret 2022 itu 62,72%.
“Pinjaman P2P lending banyak disalurkan ke sektor konsumtif, bahkan di Juni 2023 itu 64,2% jadi memang saat ini lebih banyak P2P Lending menyalurkan ke sektor konsumtif, banyak brand menjajakannya sefleksibel itu, bahkan untuk di umur yang muda ada peningkatan pinjaman dari kategori umur,” kata dia.
(krz/wep)