Wakil Presiden eksekutif penelitian dan perkembangan onkologi AstraZeneca, Susah Galbraith mengatakan hasil yang baik dari obat ini, akan menetapkan patokan baru untuk menunda perkembangan kanker paru-paru. Tagrisso kini menjadi obat paling laris dari perusahaan farmasi asal Inggris tersebut, dengan menyumbang sepersepuluh pendapatan tahun 2022 sebesar US$5,4 miliar (Rp82 triliun).
Menurut analis Bloomberg Intelligence, Sam Fazeli dan Javier Manso Polo dalam sebah catatan sebelum presentasi, keberhasilan uji coba ini juga dapat memperkuat posisi obat tersebut dipasaran dan memberikan perlindungan tambahan terhadap Rybrevant dari pesaing mereka Johnson & Johnson. Para analis mengatakan obat ini diperkirakan akan mencapai penjualan sebesar $7,8 miliar (Rp119 triliun) pada tahun 2030.
Menurut studi, dari hasil penilaian penyelidik angka penyembuhan rata-rata sebelum kanker memburuk dengan menggabungkan terapi dengan kemoterapi adalah 25.5 bulan dan 29,4 bulan dari tinjauan independen pusat. Jika dibandingkan dengan mereka yang hanya mengkonsumso Tagrisso adalah 16,7 bulan dan 19,9 bulan.
Uji coba yang dinamakan Flaura2 tersebut melibatkan 557 pasien di lebih dari 20 negara dengan kanker paru-paru non-small cell stadium lanjut atau metastasis dengan mutasi dalam gen yang berhubungan dengan pertumbuhan yang disebut EGFR. Pasien menerima 80 miligram Tagrisso sekali sehari dalam kombinasi dengan kemoterapi sebagai pengobatan lini pertama mereka.
(bbn)