BNC bukan satu-satunya bank digital yang mengiming-imingi nasabah dengan bunga deposito tinggi. Bank Seabank Indonesia yang dimiliki oleh Sea Group, induk perusahaan e-commerce Shopee, juga gencar menawarkan bunga tinggi untuk produk deposito. Untuk deposito bertenor 3 bulan, Seabank memberikan bunga 7%. Sedangkan untuk tenor 1 bulan, bunganya 6% per tahun.
LINE Bank juga menyasar deposito ritel dengan penempatan dana minimal Rp 1 juta, tawaran bunganya mulai 4,5% hingga 6%. Allo Bank, bank digital debutan milik taipan Chairul Tanjung juga ikut ramai menawarkan bunga deposito tinggi.
Menilik website resmi, bunga deposito Allo Bank untuk simpanan mulai Rp 10 juta hingga Rp 100 juta, adalah 4% per tahun. Untuk simpanan di atas Rp 100 juta bunganya berkisar 4,25%-6% tergantung tenor dan nilai penempatan. Sedangkan Bank Jago menawarkan bunga simpanan mulai 3,75% sampai 5%. Bunga tertinggi diberikan untuk jenis simpanan terkunci sebesar 5% per tahun.
Jauh Meninggalkan Bank Besar
Tawaran bunga deposito bank digital yang berlomba tinggi itu akan kontras bila kita melihat bunga deposito di bank-bank besar yang sudah menjadi pemain lama industri. Bank pelat merah seperti PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank BNI Tbk, ataupun PT Bank Tabungan Negara Tbk, rata-rata menawarkan bunga deposito di bawah bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 4% per tahun.
Bank Mandiri misalnya, menilik website resmi, menawarkan bunga deposito (counter rate) cuma 2,25% hingga 2,5% per tahun. Untuk deposito dengan bunga dibayar di muka, Bank Mandiri menawarkan rate lebih rendah mulai 2,24% hingga 2,37%. Bank swasta terbesar di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk, juga melenggang santai dengan tawaran bunga simpanan mulai 3,6% hingga 2% dengan setoran dana minimal Rp 8 juta.
Perang bunga deposito bank ini menuai pertanyaan, apakah likuiditas perbankan khusus di kelompok bank digital, cukup aman? Bank Indonesia (BI) usai pertemuan penentuan BI7DRR pada 19 Januari lalu menegaskan, kondisi likuiditas perbankan cukup memadai untuk peningkatan kredit atau pembiayaan dan pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Pada Desember 2022, tulis BI, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap tinggi yaitu di posisi 31,2%, meningkat dari posisi bulan sebelumnya sebesar 30,42%. Rasio itu mendukung ketersediaan dana bank bank untuk penyaluran kredit bagi dunia usaha.
“BI akan terus memastikan kecukupan likuiditas baik di perbankan maupun di perekonomian untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan stabilitas yang tetap terjaga,” jelas BI dalam pernyataan resmi.
Pertanyaan Likuiditas
Bila mengintip laporan keuangan bank digital yang sahamnya tercatat di bursa, terlihat bila kondisi likuiditas beberapa bank digital boleh disebut cukup ketat. Bank Jago, sebagai contoh. Bank digital yang sahamnya diperdagangkan dengan kode ARTO itu mencatat Loan To Deposito Ratio (LDR) sebesar 112% pada September 2022.
Rasio LDR mengukur perbandingan antara nilai penyaluran kredit yang disalurkan dengan jumlah dana atau simpanan yang ditempatkan di bank tersebut. Rasio LDR yang dianggap aman berada di kisaran 78%-92%. Sedangkan Allo Bank, emiten dengan kode BBHI, mencatat rasio LDR sebesar 210,43% per Juni 2022. Berlipat-lipat di atas rasio LDR aman.
Adapun Seabank Indonesia, berdasarkan laporan keuangan triwulan yang dimuat di website resmi perusahaan, mencatat, angka rasio LDR sebesar 82,41% per 30 September 2022, naik dari posisi setahun sebelumnya sebesar 79,5%. Sedangkan BNC Commerce, mengutip laporan keuangan yang belum diaudit di website perusahaan, rasio LDR pada akhir kuartal III-2022 mencapai 70,5%. Melonjak tinggi dari posisi tahun sebelumnya sebesar 57,55%. Masih terbilang aman.
Yang pasti, penawaran bunga simpanan yang super tingg itu telah melejitkan beban bunga bank-bank tersebut. BNC Commerce mencatat beban bunga sebesar Rp 493,24 miliar pada akhir kuartal III-2022, naik hampir 100% dari tahun sebelumnya. Begitu juga Seabank yang mencatat kenaikan beban bunga 533% yaitu dari sebesar Rp 111,43 miliar pada akhir kuartal III-2021 menjadi Rp 706,14 miliar pada 30 September 2022.
Hitung Risiko
Bunga simpanan tinggi yang ditawarkan oleh bank digital memang menarik bagi masyarakat atau investor ritel yang tengah mencari instrumen investasi yang menguntungkan. Selama 2022, kinerja instrumen investasi di pasar modal seperti saham, reksa dana juga surat berharga atau obligasi, sedikit mengecewakan. Terindikasi dari pertumbuhan indeks yang menjadi acuan tingkat return atau imbal hasil investasi.
IHSG hanya mampu tumbuh 4,09% sepanjang tahun lalu, kendati masih jadi yang terbaik di Asia Tenggara. Reksa dana lebih parah. Infovesta Equity Fund Index tercatat minus 2,29%. Kinerja reksa dana berbasis instrumen pasar uang yang lumayan bagus di antara produk reksa dana. Infovesta Money Market Index tercatat tumbuh 2,7% pada 2022.
Di tengah pilihan-pilihan itu, tawaran deposito berbunga tinggi dengan modal penempatan dana yang terjangkau dari bank-bank digital, menjadi sangat menarik. Return hingga 6%-7% dengan fleksibilitas penarikan dana tanpa konsekuensi penalti, menjadi daya tarik utama. Di tengah tingkat inflasi tinggi di kisaran 5,28% per Januari 2023 dan tingkat bunga acuan 5,75%, return di atas level itu membuat dana masih bisa tumbuh.
Hanya saja, para nasabah sebaiknya tidak begitu saja silau dengan penawaran yang terlalu menggiurkan. Karena lagi-lagi, tidak ada makan siang gratis.
Bunga tinggi bunga deposito juga memiliki risiko yang sepadan dengan tingkat keuntungannya. Sebagaimana Anda tahu, simpanan dana di bank memang mendapatkan penjaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hanya saja, tingkat bunga simpanan yang dijamin adalah yang sesuai dengan bunga penjaminan LPS yang saat ini bertengger di angka 4% untuk bank umum dan 6,5% untuk bank rakyat (BPR). Adapun nilai simpanan yang dijamin LPS maksimal Rp 2 miliar.
Ini berarti bila Anda menempatkan dana di simpanan bank umum yang memberikan bunga di atas bunga penjaminan LPS 4%, maka simpanan Anda tidak mendapatkan perlindungan dari LPS apabila di tengah jalan ada masalah di bank tersebut. Jadi, pastikan Anda sudah menghitung risiko tersebut sebelum memutuskan untuk membiakkan dana di simpanan yang menawarkan bunga tinggi melampaui bunga penjaminan.
(rui/aji)