Bloomberg Technoz, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia di kota Rabat, ibukota Maroko, memastikan hingga Minggu (10/9/2023) pukul 11.10 waktu Maroko, tidak ada Warga Negara Indonesia yang menjadi korban musibah gempa di Maroko.
Duta Besar RI untuk Kerajaan Maroko, Hasrul Azwar mengatakan, dari data yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri Maroko, tidak ada WNI yang termasuk ke dalam 2.012 orang korban tewas dan 2.059 orang korban luka-luka dari peristiwa gempa yang disebut paling mematikan dalam 6 dekade terakhir itu.
Menurutnya, hal itu dapat dipastikan mengingat KBRI saat ini belum menerima laporan melalui hotline KBRI Rabat yang dibuka selama 24 jam.
“Warga negara Indonesia yang menetap di berbagai kota di Maroko dan WNI yang sedang berkunjung ke Maroko, Alhamdulillah, semuanya selamat dari musibah gempa, tidak ada satupun yang terkena dampak musibah gempa. Semuanya dalam keadaan kondisi sehat walafiat,” ujar Hasrul kepada Bloomberg Technoz, Minggu (10/9/2023).
“Saya Duta Besar RI di Rabat memastikan bahwa seluruh WNI di Maroko selamat, sehat walafiat. Kenapa bisa saya pastikan? Karena hotline kami yang buka 24 jam belum ada menerima laporan musibah yang menimpa WNI sampai hari ini pukul 11.10 waktu Maroko. Jadi semuanya selamat, alhamdulillah,” lanjutnya.
Hingga saat ini, terdapat 500 WNI yang menetap di berbagai kota di Maroko, puluhan WNI yang berkunjung dan berwisata serta 70 delegasi Indonesia yang mengikuti Konferensi Internasional Geopark UNESCO di pusat gempa, Marrakesh. Walaupun berada di lokasi pusat gempa, 70 delegasi tersebut dipastikan aman.
Dubes Hasrul mengatakan, dirinya juga sempat berada di pusat gempa, beberapa jam sebelum gempa terjadi. Hasrul berada di Marrakesh untuk menghadiri acara pembukaan konferensi internasional Geopark UNESCO pada pukul 16.30 waktu setempat.
“Setelah itu saya kembali pulang sampai di rumah pukul 9 malam, jarak Marrakesh dengan Rabat [sekitar] 350 kilometer lebih. Pukul 23.11, yaitu 2 jam lebih setelah saya sampai di rumah, terjadi gempa itu," terang Hasrul.
Sementara itu, Hasrul mengatakan, tindakan pencarian ke lapangan oleh KBRI Rabat dinilai belum perlu untuk dilakukan. Sebab, KBRI Rabat juga turut berkoordinasi dan bekerjasama dengan mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Maroko dan tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).
Adapun PPI memiliki koordinator di setiap tempat yang merupakan wilayah dari tempat tinggal WNI di Maroko.
Selain itu, hotline yang dimiliki Maroko dinilai efektif untuk mengetahui bila terdapat WNI yang menjadi korban di kemudian hari. Sebab, KBRI Rabat sebelumnya telah memiliki pengalaman penggunaan hotline pada masa pandemi.
“WNI yang tinggal di berbagai kota Maroko sudah mengetahui hotline KBRI Rabat di nomor +212 661095995 mereka sudah tau itu. Kita sudah punya pengalaman ketika menghadapi Covid-19. Kami jemput ke lapangan apabila ada WNI yang terkena Covid, jadi prosedur ini akan kami gunakan dan personil KBRI sudah terlatih untuk itu karena koordinasi yang mantap,” jelasnya.
Hotline dinilai efektif karena sudah memiliki pengalaman dan efektif dalam menindaklanjuti bencana.
Namun, KBRI Rabat sudah menyiapkan prasarana tanggap darurat, sehingga bila terdapat WNI yang menjadi korban dari gempa akan langsung dijemput dan ditangani sesuai dengan prosedur yang ada.
“Kami sudah siapkan shelter, ada tempat tidur khusus disiapkan di kompleks KBRI Rabat, ada transportasi dan kontak dengan RS, kalau terjadi sesuatu. Tapi sekarang tidak ada apa-apa, aman saja,” tutupnya.
(dov/rui)